kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Huawei beri warning: China akan balas menyerang atas pembatasan baru AS


Rabu, 01 April 2020 / 06:12 WIB
Huawei beri warning: China akan balas menyerang atas pembatasan baru AS
ILUSTRASI. Logo Huawei. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SHENZHEN. Pada Selasa (31/3/2020), Huawei memperingatkan bahwa 2020 akan menjadi tahun yang paling sulit karena dilakukannya pembatasan perdagangan oleh Amerika yang merupakan pukulan terhadap penjualan luar negerinya pada tahun 2019. Huawei memperkirakan, pemerintah China akan membalas perlakuan Amerika Serikat.

Melansir Reuters, produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia ini mengeluarkan peringatan tersebut seiring dirilisnya laporan kinerja yang menunjukkan pertumbuhan laba tahunan terlemah dalam tiga tahun.

Huawei mengingatkan, Beijing bisa membalas langkah-langkah AS yang membatasi penjualan chip ke Huawei, dengan membatasi penjualan produk-produk Amerika di China dan beralih ke pemasok alternatif di China dan Korea Selatan.

Baca Juga: Izinkan Huawei bangun jaringan 5G, Boris Johnson kini terjepit

"Pemerintah China tidak akan hanya berdiri dan menyaksikan Huawei dibantai di atas talenan," kata Direktur Huawei Eric Xu kepada wartawan saat dirilisnya laporan tahunan Huawei.

Dia menambahkan, "Pemerintah China bisa saja melarang penggunaan chip 5G atau base station yang didukung chip 5G, smartphone dan perangkat pintar lainnya yang disediakan oleh perusahaan Amerika, untuk alasan keamanan dunia maya, mengapa tidak?"

Baca Juga: Pasokan cip dicekal Trump, Huawei produksi cip sendiri

Mengutip Reuters, sebelumnya Amerika Serikat menuduh pemerintah China dapat menggunakan peralatan Huawei untuk melakukan aksi mata-mata. Tuduhan 
ini ditolak mentah-mentah oleh perusahaan.

Tidak hanya itu, Washington menempatkan Huawei dalam daftar hitam pada Mei tahun lalu, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional. Terkait hal itu, AS  membatasi penjualan barang-barang buatan Amaerika kepada perusahaan. 

Seorang sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada bulan ini, pemerintahan Presiden AS Donald Trump juga sedang mempersiapkan langkah-langkah lebih lanjut yang akan berusaha untuk membatasi pasokan chip ke perusahaan.

Baca Juga: AS tuding Huawei mencuri rahasia dagang, berkonspirasi dengan Korea Utara

Sumber lain mengatakan, perubahan peraturan itu ditujukan untuk membatasi penjualan chip ke Huawei oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, pembuat chip kontrak terbesar di dunia dan produsen utama chip untuk divisi HiSilicon Huawei.

Baca Juga: China ke Prancis: Jangan coba-coba diskriminasi Huawei pada jaringan 5G

"Bahkan jika situasi yang Anda sebutkan ini terjadi, Huawei dan perusahaan China lainnya dapat memilih untuk membeli chipset dari Samsung dari Korea, MTK dari Taiwan, dan [Unisoc] di China, dan menggunakan perusahaan-perusahaan itu untuk mengembangkan chip," kata Xu.

Baca Juga: Amerika harus jadi pengendali Nokia dan Ericsson untuk lawan Huawei di pasar 5G

Namun, Xu memperkirakan tahun 2020 akan menjadi tahun yang paling sulit bagi perusahaan karena langkah-langkah AS dan memperingatkan bahwa pembatasan ekspor lebih lanjut dapat menghancurkan rantai pasokan teknologi global.

Laba naik tipis

Huawei Technologies mengatakan, pihaknya mencatatkan laba bersih 2019 mencapai 62,7 miliar yuan (US$ 8,9 miliar), naik 5,6% dari tahun sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun terakhir dan turun dari kenaikan laba setahun sebelumnya yang mencapai 25%.

Bisnis operatornya, yang meliputi peralatan jaringan seluler 5G, mengalami kenaikan penjualan hanya 3,8%.

Baca Juga: China khawatir Prancis berlaku diskriminatif terhadap jaringan 5G Huawei

Liang Hua, chairman of the board, mengatakan perusahaan harus beradaptasi dengan pembatasan AS serta pandemi virus corona.

Adapun pendapatan keseluruhan naik 19% menjadi 858,8 miliar yuan, dibantu oleh lonjakan 34% dalam penjualan untuk unit bisnis konsumernya, yang meliputi smartphone.

Kenaikan tersebut terutama didorong oleh China, di mana penjualan melonjak 36,2% menjadi 506,7 miliar yuan. Sebaliknya, pendapatan dari wilayah Asia-Pasifik tidak termasuk China turun 13,9%, sementara di Eropa dan Timur Tengah penjualan hanya tumbuh 0,7%.

Baca Juga: Tiga perusahaan ini sedang lakukan percobaan 5G di Indonesia

Menurut perusahaan riset Canalys, Huawei mendominasi penjualan ponsel pintar di China, dengan mengambil 38,5% pangsa pasar pada 2019 dibandingkan dengan 27% setahun sebelumnya. Ini sebagian karena dorongan sentimen nasionalis setelah perusahaan itu mendapat tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat.




TERBARU

[X]
×