Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan dan Jepang masih berseteru terkait pengetatan ekspor bahan baku industri berteknologi tinggi. Di tengah ketegangan ini, Rusia mencoba mencari peruntungan.
Seperti dikutip South China Morning Post dari kantor berita Yonhap, Rusia telah menawarkan menjadi pemasok bahan baku pembuatan chip semikonduktor kepada Korea Selatan.
Baca Juga: Makin memanas, Korsel tuntut Jepang buktikan tuduhan pelanggaran ekspor
Seorang pejabat pemerintah Korea Selatan menyebut Rusia baru-baru ini memberi tahu Seoul melalui saluran diplomatik bahwa mereka bersedia menjual hidrogen fluorida kepada para pembuat semikonduktor di negara tersebut. Proposal Rusia ini akan membantu menyerap guncangan dari kontrol ekspor yang diterapkan Jepang baru-baru ini.
"Rusia telah memberikan pesan melalui saluran diplomatik tentang kemungkinan negara tersebut memasok hidrogen fluorida. Mereka mengatakan produknya bahkan lebih unggul dari produk Jepang dalam hal daya saing, harga maupun kualitas," kata pejabat yang tak disebutkan namanya tersebut.
Sementara itu Asosiasi Perdagangan Internasional Korea Utara (KITA) mengatakan bahwa Rusia dan Jerman dapat dianggap sebagai sumber alternatif untuk bahan-bahan tersebut. "Dalam hal diversifikasi sumber pasokan, Rusia dan Jerman dapat dipertimbangkan mengingat teknologi maju mereka dalam bidang kimia," kata juru bicara KITA Kim Woo-jong.
Baca Juga: Trump menuduh China tak membeli produk pertanian AS seperti yang dijanjikan
Kabar ketertarikan Rusia ini datang ketika para pejabat Jepang dan Korea Selatan bertemu di Tokyo untuk diskusi tatap muka pertama mereka setelah Jepang pada pekan lalu menerapkan kontrol ekspor pada hidrogen fluorida, photoresists dan poliamida terfluorinasi yang penting bagi raksasa teknologi Seoul seperti Samsung Electronics dan SK Hynix.
Perselisihan kedua negara dimulai dari masalah kompensasi bagi warga Korea Selatan yang menjadi pekerja paksa untuk perusahaan-perusahaan Jepang selama perang dunia kedua. Jepang mengatakan masalah ini diselesaikan pada tahun 1965 ketika kedua negara memulihkan hubungan diplomatik. Namun Seoul tidak setuju.