kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hubungan memanas, AS dan China berpotensi meninjau ulang kesepakatan dagang


Kamis, 06 Agustus 2020 / 05:25 WIB
Hubungan memanas, AS dan China berpotensi meninjau ulang kesepakatan dagang


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON DC. Pejabat senior Amerika Serikat ( AS) dan China kemungkinan akan meninjau implementasi Kesepakatan Dagang Fase 1. Keduanya mungkin akan saling mengeluh karena hubungan yang semakin menegang akhir-akhir ini.

Dilansir dari The Straits Times, Rabu (5/8/2020), peninjauan tersebut sedianya akan dilangsungkan pada 15 Agustus melalui video conference. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He sepertinya akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Kesepakatan Dagang Fase 1 ditandatangani oleh kedua negara pada 15 Januari dan diaktifkan sebulan kemudian. Rencana pertemuan tersebut pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal.

Baca Juga: Unjuk gigi, kapal serbu amfibi Tipe 075 pertama China memulai debut uji coba laut

Sementara itu Kantor Perwakilan Dagang AS dan Kementerian Keuangan AS tidak menanggapi permintaan komentar atas rencana tersebut. Di bawah Kesepakatan Dagang Fase 1 China telah berjanji untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS sekitar US$ 200 miliar (Rp 2.912 triliun) di atas level 2017, termasuk produk pertanian, manufaktur, energi, dan jasa.

Tetapi China, yang terpukul oleh resesi global akibat virus corona, masih jauh di belakang target yang diperlukan untuk memenuhi target tahun pertamanya sebesar US$ 77 miliar (Rp 1.121 tiliun). Impor barang pertanian lebih rendah dari level 2017, jauh di belakang peningkatan 50% yang dibutuhkan untuk memenuhi target 2020 sebesar US$ 36,5 miliar (Rp 531 triliun).

Beijing hanya membeli 5% dari produk energi yang dibutuhkan untuk memenuhi target Tahap 1 di tahun pertama sebesar US$ 25,3 miliar (Rp 368 triliun). Salah satu pejabat yang familiar dengan rencana itu dan enggan disebutkan identitasnya mengatakan para pejabat China berharap untuk membahas masalah lain di luar pelaksanaan Kesepakatan Dagang Fase 1.

“Ini adalah tinjauan semi tahunan normal dan kebetulan terjadi pada saat hubungan terus memburuk. Tentu ada banyak hal yang perlu dibicarakan,” kata dia.

Baca Juga: Saingi TikTok, Facebook luncurkan Reels sebagai fitur Instagram

Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan pada Selasa (4/8/2020) bahwa selalu ada rencana untuk konsultasi tingkat tinggi dalam perjanjian tersebut dalam enam bulan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×