Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terinspirasi dari mana? Anika mengaku terinspirasi untuk menemukan obat potensial untuk virus corona setelah belajar tentang pandemi flu pada 1918 silam. Selain itu, dia juga mencari tahu berapa banyak orang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti-influenza tersedia di pasar.
"Anika memiliki pikiran yang ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya untuk mengajukan pertanyaan tentang vaksin untuk Covid-19," kata Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.
"Pekerjaannya komprehensif dan memeriksa banyak database. Dia juga mengembangkan pemahaman tentang proses inovasi dan merupakan komunikator yang ahli," dia menambahkan.
Baca Juga: Hanya gunakan kertas, tes corona murah dan cepat ini akan segera tersedia di India
Anika mengatakan memenangkan hadiah dan gelar ilmuwan muda papan atas adalah suatu kehormatan, tetapi pekerjaannya belum selesai. Tujuan berikutnya, kata dia adalah bekerja bersama para ilmuwan dan peneliti yang berjuang untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas pandemi dengan mengembangkan temuannya menjadi obat yang sebenarnya untuk virus tersebut.
Dilansir dari laman resmi Young Scientist Lab, Anika mengaku selalu kagum dengan eksperimen sains sejak kanak-kanak. Penemuan favoritnya adalah internet karena memungkinkan manusia menjelajahi begitu banyak hal hanya dengan beberapa klik.
Baca Juga: Bahaya! Covid-19 bisa picu diabetes yang mematikan
"Saya menganggapnya sebagai harta karun informasi dan telah menjadi aset berharga dalam mengejar pengetahuan dan melakukan penelitian dari mana saja dan kapan saja," kata Anika.