kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.250   0,00   0,00%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

IMF dan Bank Dunia Kompak Peringatkan Risiko Resesi Global 2023


Selasa, 11 Oktober 2022 / 06:51 WIB
IMF dan Bank Dunia Kompak Peringatkan Risiko Resesi Global 2023
ILUSTRASI. Presiden Bank Dunia David Malpass


Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON, 10 Oktober (Reuters). Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva pada Senin memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global.

Mereka juga mengatakan bahwa inflasi tetap menjadi masalah yang berkelanjutan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan," kata Malpass dalam dialog dengan Georgieva, pada awal pertemuan langsung pertama IMF dan Bank Dunia, sejak pandemi COVID-19.

Malpass menyebut tanda-tanda resesi global dari perlambatan pertumbuhan di negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang, serta kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung.

Pekan lalu Kepala IMF mengatakan para kreditur global akan menurunkan proyeksi pertumbuhan global 2,9% pada 2023.

World Economic Outlook, Selasa pekan lalu, menyebut guncangan ekonomi saat ini disebabkan oleh pandemi COVID-19, invasi Rusia ke Ukraina, serta bencana iklim di semua negara.

Baca Juga: Harga Minyak Pada Akhir Tahun 2022 Bisa Tembus ke Atas US$ 100 per Barel

Georgieva mencatat bahwa aktivitas ekonomi melambat di tiga kawasan ekonomi utama dunia.

Eropa telah terpukul keras oleh harga gas alam yang tinggi.

China mengalami volatilitas perumahan dan gangguan COVID-19 menyeret turun pertumbuhan.

Adapun Amerika Serikat mulai merasakan gigitan kenaikan suku bunga.

Perlambatan pertumbuhan di negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang, kata kedua pemimpin lembaga keuangan dunia tersebut.

Mereka menyerukan tindakan bersama untuk membantu pasar negara berkembang.

Georgieva mengatakan ekonomi maju perlu mengendalikan bahaya besar dan menakutkan dari krisis utang.

Krisis semacam itu akan mempengaruhi semua negara, bukan hanya mereka yang memiliki beban utang tinggi.

"Bukan gambaran yang cerah. Tetapi jika kita bergabung, jika kita bertindak bersama, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada tahun 2023."

Georgieva mengatakan IMF akan mengadvokasi agar bank sentral melanjutkan upaya mereka menahan inflasi, meskipun berdampak negatif pada pertumbuhan.

Jika mereka tidak melakukan cukup, "Kita berada dalam masalah!"

Baca Juga: Trio Ekonom AS Bernanke, Diamond, Dybvig Menangkan Nobel Ekonomi 2022

Langkah-langkah fiskal harus ditargetkan dengan baik untuk memastikan mereka tidak menambahkan lebih banyak "bahan bakar ke api inflasi."

Malpass, yang mendapat kecaman bulan lalu karena menolak mengatakan apakah dia menerima konsensus ilmiah tentang pemanasan global, mengatakan para pejabat di bank tersebut bekerja keras untuk membebaskan lebih banyak dana guna mengatasi masalah iklim yang dihadapi begitu banyak negara berkembang.

Georgieva mengatakan dunia membutuhkan US$ 3 triliun hingga US$ 6 triliun untuk mengatasi perubahan iklim.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×