Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Krisis ekonomi Argentina kini menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian market saat ini. OpenDemocracy, platform media global yang independen, mengulas soal krisis ekonomi Argentina yang tidak pernah berakhir.
Dalam artikel berjudul Never ending crisis in Argentina, part 2: the disaster with the IMF yang tayang pada 2 September 2019, Kontributor OpenDemocracy Roberto Lampa menulis, untuk memahami bagaimana krisis menghampiri Argentina setahun lalu, kita harus mengetahui tentang kejadian yang terjadi pada periode Agustus hingga Oktober 2018. Khususnya fokus pada peran Badan Moneter Internasional (IMF) dalam krisis tersebut.
Baca Juga: IMF dituding ada di balik krisis akut ekonomi Argentina (1)
Pada artikel sebelumnya, pembahasan mengenai peran IMF dalam krisis Argentina tergambar jelas. Lampa menulis, intervensi IMF yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menciptakan elemen kerapuhan dalam sistem keuangan Argentina. Jika IMF menjamin dukungan tanpa syarat mereka untuk Macri, segala bentuk kemunduran dalam pemilu akan tersirat dalam nilai tukar mata uang dengan cepat. Hal ini mengingat bahwa para pelaku ekonomi telah menghubungkan akhir kepemimpinan Macri dengan akhir bantuan dari IMF. Hingga akhirnya, besar kemungkinan Argentina mengalami gagal bayar atau default.
Ketika Alberto Fernández, kandidat oposisi untuk pemilihan presiden, memenangkan putaran pertama (PASO) dengan selisih 15 poin, ketakutan ini terwujud.
Badai keuangan dan nilai tukar terjadi pada hari Senin (2/9). Pada waktu itu, nilai tukar peso terdepresiasi hampir 30%. Selain itu, terjadi peningkatan risiko yang sangat besar terkait investasi dan jatuhnya aset keuangan.
Baca Juga: Krisis ekonomi kian parah, Argentina terapkan kebijakan kontrol mata uang
Namun, Macri memberikan reaksi yang konyol. Yakni dengan menyalahkan pemilih Argentina atas krisis tersebut meski akhirnya dia kemudian meminta maaf.
Di sisi lain, ada masalah besar di tengah-tengah kekacauan yang terjadi. Macri telah mengumumkan serangkaian kebijakan luar biasa dengan tujuan mempertahankan daya beli konsumen Argentina: kenaikan gaji pegawai negeri sipil sebesar 5%, pengurangan drastis pajak penghasilan, dan penghapusan PPN untuk barang-barang pokok konsumsi.
Kebijakan-kebijakan ini memang menyiratkan akan terjadi peningkatan anggaran belanja publik. Sebaliknya, kebijakan ini juga gagal memenuhi satu-satunya tujuan yang ditetapkan dalam perjanjian kedua dengan IMF, yaitu tujuan fiskal untuk mengurangi defisit publik.
Baca Juga: Lebanon deklarasikan ekonomi negara dalam keadaan darurat, apa yang terjadi?
Dengan kata lain, Argentina baru saja melanggar perjanjian dengan IMF di tengah krisis politik dan ekonomi yang serius, yang diperburuk dengan pengunduran diri Menteri Keuangan Nicolas Dujovne, yang nota bene merupakan penjamin perjanjian dengan IMF.
Jika memungkinkan untuk melakukan negosiasi ulang kesepakatan ketiga dengan IMF, sepertinya tidak mungkin untuk mengatakan bahwa persyaratannya bisa saja konteks politik saat ini.
Satu-satunya kepastian adalah bahwa tindakan IMF yang partisan dan tidak bertanggung jawab telah berkontribusi terhadap bencana yang saat ini terjadi di Argentina. "Jika para pelaku pasar tidak menemukan kedamaian dan ketenangan dan volatilitas pasar masih tinggi, ini bisa saja menjadi awal dari krisis yang mendalam bagi Argentina," tulis Lampa.