kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor China mulai tunjukan kenaikan di bulan November 2019


Minggu, 08 Desember 2019 / 17:35 WIB
Impor China mulai tunjukan kenaikan di bulan November 2019
ILUSTRASI. Impor China mulai tunjukan kenaikan di bulan November 2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas ekspor China menurun pada bulan November 2019. Penyusutan ini merupakan bulan keempat secara berturut-turut. Hal ini kembali mengacaukan ekspektasi pasar akan naiknya perekonomian dan menandakan bahwa produsen terus tertekan di tengah perang dagang antara Sino dan Amerika Serikat (AS).

Perang dagang yang sudah bergulir selama 17 bulan ini meningkatkan risiko resesi global dan memicu spekulasi bahwa Beijing akan lebih banyak mengeluarkan stimulus, guna menopang perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

Baca Juga: Begini strategi Mitrabara Adiperdana (MBAP) perbaiki kinerja di sisa tahun ini

Menurut data kepabeanan yang dilansir oleh Reuters, Minggu (8/12) pengiriman ke luar negeri turun 1,1% secara year on year (yoy) di bulan November 2019. Lebih rendah dari ekspektasi jejak pendapat Reuters sebesar 1% yoy dan menurun lebih dalam dari periode Oktober 2019 sebesar 0,9%.

Meski begitu, secara tidak terduga impor China justru naik 0,3% secara tahunan. Jauh melampaui perkiraan penurunan sebesar 1,8% oleh para ekonom. Tak hanya itu, kenaikan impor ini juga terbilang drastis dibandingkan penurunan sebesar 6,4% pada bulan Oktober 2019.

Realisasi tersebut menandai pertumbuhan secara tahunan pertama sejak bulan April 2019. Bisa jadi, perbaikan impor ini menyusul upaya negosiasi kesepakatan dagang antara Beijing dan Washington.

Baca Juga: Hong Kong bersiap hadapi aksi unjuk rasa besar, Minggu ini

Sedikit banyak, fakta tersebut menjadi angin segar bagi pasar global yang tengah mengkhawatirkan potensi resesi global. Namun, bukan berarti negosiasi berjalan lancar, terbaru AS terus melakukan perlawanan. Salah satunya dengan penundaan kenaikan tarif ke banyak produk pertanian yang akan dibeli Tiongkok.

RUU DPR AS yang menargetkan kamp-kamp China untuk etnis minoritas Muslim di Xinjiang juga telah membuat Beijing marah, yang semakin mengaburkan prospek kesepakatan. China telah memperingatkan pada hari Rabu (4/12) lalu bahwa RUU tersebut bakal berdampak pada kerjasama bilateral. Pihak pemerintah China juga menyebut akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi kepentingannya.

Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis (5/12) lalu juga mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan dengan China kian positif. AS memberikan nada optimis bahkan ketika para pejabat China berpegang teguh bahwa pengenaan tarif harus keluar sebagai bagian dari kesepakatan sementara.

Baca Juga: Data tenaga kerja AS positif berpotensi menekan rupiah

Lagi-lagi, Trump di awal pekan lalu kembali mengguncang pasar ketika Ia mengatakan kesepakatan antara dua negara baru akan terwujud setelah pemilihan presiden AS 2020 rampung.




TERBARU

[X]
×