Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
MUMBAI. Defisit anggaran India sudah mencapai 99% dari target setahun penuh dalam waktu delapan bulan. Hal ini meningkatkan keraguan bahwa Pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi mampu menjaga janjinya untuk mempersempit kesenjangan anggaran dalam tingkat terendah selama tujuh tahun terakhir.
Menurut data yang dipublikasikan pada pekan lalu, pada November 2014, India masih mencatat defisit INR 5,25 triliun atau sekitar US$ 82,6 miliar. Padahal, India memasang target selama setahun yang berakhir Maret 2015, defisit mencapai INR 5,31 triliun.
Menurut PNB Gilts Ltd, kegagalan untuk target defisit sebesar 4,1% dari produk domestik bruto (PDB) akan mengecewakan investor global. Raghuram Rajam, Gubernur Bank Sentral India mengatakan pada awal Desember 2014 bahwa perubahan kebijakan moneter akan terjadi di awal tahun 2015. Dengan begitu diharapkan terjadi kenaikan inflasi dan kesehatan fiskal.
Pemerintahan Modi telah menaikkan harga listrik tenaga matahari, gas alam dan menarik investasi-investasi asing terutama di sektor pertahanan. "Konsolidasi fiskal tentu akan memiliki pengaruh kepada keputusan suku bunga bank sentral," ujar Sri Prasad Prabhu, Kepala Pendapatan Tetap di IDBI Federal seperti dikutip Bloomberg.
Kesulitan India menekan defisit anggaran karena kekurangan penerimaan pajak. Makanya, pada pekan lalu, pemerintah menaikkan pajak bensin dan solar. India juga tidak memperpanjang keringanan pajak industri otomotif lokal.
Respon pasar pun negatif. Imbal hasil obligasi India bertenor 10 tahun meningkat tiga basis poin. "Pasar tidak yakin tentang target defisit," ujar Vijay Sharma, Wakil Presiden Eksekutif PNB Gilts.