kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India setujui persyaratan Indonesia soal sawit, tapi...


Senin, 04 November 2019 / 17:04 WIB
India setujui persyaratan Indonesia soal sawit, tapi...
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) bersiap mengikuti ASEAN Economic Community (AEC) Council Meeting ke-18 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Kamis (31/10/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pemerintah India menyetujui persyaratan yang diminta Indonesia terkait ekspor kepala sawit agar tidak ada perbedaan dengan Malaysia, namun India juga meminta Indonesia untuk bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari mereka. 

“Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5 persen, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden, Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kepada wartawan di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11) dikutip dari laman setkab.go.id. 

Menurut Airlangga, yang sekarang 40% CPO, 50% RBO akan dikirimkan per akhir bulan Desember  menjadi 37,5% dan 45%, dan ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak ada perbedaan antara Indonesia dan Malaysia. “Dengan demikian, tentu ini menjadi bagian dari kerja sama,” ujarnya. 

Baca Juga: KTT ASEAN sepakat dorong peningkatan perdagangan, termasuk sawit

Namun diakui Menko Perekonomian jika India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India. Menurut Airlangga,  dan pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap. 

“Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif 8 miliar dollar AS, tertinggi di 2017 sebesar 10 miliar dollar AS, dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” terang Airlangga. 

Soal RCEP 

Dalam kesempatan itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, bahwa India itu penting terkait dengan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), sebagaimana pemerintah RRT juga menyatakan pentingnya India bagi finalisasi RCEP. 

Baca Juga: Mahkota Group (MGRO) mencatatkan penurunan pendapatan sepanjang kuartal III 2019

“Memang kalau kita lihat, RCEP adalah blok terbesar melebihi Uni Eropa (EU). EU itu PDB-nya kira-kira Rp 18 triliun, kalau PDB RCEP itu US$ 27 triliun, sedangkan TPP itu US$ 11 triliun. Kalau kita lihat trade-nya RCEP itu US$ 11,5 triliun, EU US$ 12,5 dan TPP US $5,8 triliun. Kalau kita bicara penduduk, RCEP ini 3,6 miliar jadi tentu jauh lebih besar daripada EU dan PBB. Oleh karena itu, tadi hampir seluruh pemimpin itu mendorong agar perundingan ini bisa difinalisasi,” kata Airlangga. 

Sementara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan, memang India berkeinginan untuk masuk karena ASEAN merupakan partner yang terpenting bagi India. “RCEP ini masih berlangsung. 

Nanti saya juga akan masih berunding lagi dengan menteri-menteri seluruh member RCEP ini,” kata Agus seraya menambahkan, mudah-mudahan pada Senin (4/11) ini masalah RCEP banyak kemajuan haslnya.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×