kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.425.000   10.000   0,41%
  • USD/IDR 16.663   -22,00   -0,13%
  • IDX 8.590   40,79   0,48%
  • KOMPAS100 1.190   7,98   0,68%
  • LQ45 855   4,26   0,50%
  • ISSI 304   1,12   0,37%
  • IDX30 440   1,61   0,37%
  • IDXHIDIV20 509   2,97   0,59%
  • IDX80 133   0,75   0,57%
  • IDXV30 139   0,83   0,60%
  • IDXQ30 140   0,62   0,44%

Industri Pertahanan China Sakit: Proyek Rudal Mangkrak Akibat Badai PHK Jenderal


Selasa, 02 Desember 2025 / 08:24 WIB
Industri Pertahanan China Sakit: Proyek Rudal Mangkrak Akibat Badai PHK Jenderal
ILUSTRASI. Tahun lalu, industri pertahanan China menyusut sebesar 10%, menurut laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).


Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Selama bertahun-tahun, negara-negara Barat dibuat cemas oleh kekuatan militer China. Uji coba senjata mematikan berteknologi tinggi, parade militer yang megah, dan gertakan militer terus-menerus terhadap Taiwan telah menebar ketakutan bahwa ambisi Xi Jinping untuk mendominasi Laut China Selatan bisa memicu perang besar.

Perlombaan global untuk menjadi yang terkuat memaksa para pesaingnya, seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS), untuk menggenjot anggaran pertahanan dan memperkuat industri senjata domestik mereka demi menangkal potensi ancaman dari Beijing.

Namun ironisnya, pabrik-pabrik senjata Xi Jinping kini justru sedang terseok-seok. 

Melansir The Telegraph, tahun lalu, industri pertahanan China menyusut sebesar 10%, menurut laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Efek Samping 'Bersih-Bersih' Korupsi

Selama satu dekade terakhir, puluhan individu telah disingkirkan sebagai bagian dari kampanye anti-korupsi besar-besaran yang dilakukan sang pemimpin China, termasuk orang-orang di lingkaran dalamnya. Langkah ini berdampak pada kesiapan China untuk menginvasi Taiwan, tujuan utama Xi, dan kini dampaknya meluas hingga memukul industri pertahanan Beijing secara keseluruhan.

Meskipun China memiliki tentara terbesar di dunia dan makin menyaingi AS sebagai militer terkuat, anjloknya pendapatan sektor pertahanan ini menimbulkan pertanyaan: apakah tren kekuatan militer China akan terus menanjak atau justru mulai meredup?

Baca Juga: Korban Senjata Tanah Jarang China: 1 dari 3 Perusahaan Eropa Siap Pindahkan Pabrik

Kontras dengan China, perusahaan Jepang justru memuncaki daftar global dengan lonjakan pendapatan masif sebesar 40%, disusul Jerman (36%) dan Korea Selatan (31%). AS dan Inggris juga mencatat kenaikan masing-masing 4% dan 7%.

Secara global, pendapatan 100 perusahaan senjata terbesar dunia naik 5,9% ke rekor US$ 679 miliar (sekitar Rp 10.800 triliun), lapor SIPRI.

Namun, penurunan di China begitu signifikan sehingga menjadikan Asia-Oseania satu-satunya wilayah yang mengalami penurunan pendapatan di antara perusahaan senjata top dunia. Hal ini berkaitan langsung dengan aksi pembersihan korupsi yang tak henti-hentinya dilakukan Xi.

"Banyaknya tuduhan korupsi dalam pengadaan senjata menyebabkan kontrak-kontrak besar ditunda atau dibatalkan pada tahun 2024," ujar Dr. Nan Tian, direktur program pengeluaran militer dan produksi senjata SIPRI. 

Dia menambahkan, "Ini memperdalam ketidakpastian seputar modernisasi militer China dan kapan kemampuan baru mereka akan benar-benar terwujud."

Baca Juga: Rusia Berlakukan Bebas Visa 30 Hari untuk Warga China, Balasan atas Kebijakan Beijing




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×