kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.450   -42,00   -0,26%
  • IDX 6.665   119,20   1,82%
  • KOMPAS100 951   16,29   1,74%
  • LQ45 748   15,90   2,17%
  • ISSI 208   3,64   1,78%
  • IDX30 390   8,22   2,16%
  • IDXHIDIV20 467   6,80   1,48%
  • IDX80 108   1,96   1,84%
  • IDXV30 111   0,63   0,57%
  • IDXQ30 128   2,31   1,84%

Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai


Rabu, 12 Maret 2025 / 21:51 WIB
Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai
ILUSTRASI. Harga konsumen di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan moderat pada Februari 2025, dengan kenaikan biaya perumahan yang sebagian diimbangi oleh tarif tiket pesawat yang lebih murah. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

Dampak Tarif Impor dan Ekspektasi Inflasi

Trump bulan ini meningkatkan perang dagang dengan menaikkan tarif barang dari China menjadi 20% serta menerapkan bea masuk baru sebesar 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko.

Meskipun ada pengecualian sementara selama satu bulan bagi produk yang memenuhi syarat berdasarkan perjanjian perdagangan U.S.-Mexico-Canada Agreement (USMCA).

Baca Juga: Tantang Trump, Kanada Berlakukan Tarif Balasan Senilai C$29,8 Miliar terhadap AS

Tarif baru untuk baja dan aluminium mulai berlaku pekan ini, yang langsung mendapat balasan dari Uni Eropa.

Sementara itu, nilai dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS sedikit meningkat.

Para ekonom memperkirakan konsumen AS kemungkinan telah bergegas membeli barang-barang seperti kendaraan dan produk mahal lainnya pada Februari sebelum harga naik akibat tarif impor.

"Semakin lama inflasi bertahan di atas target The Fed, meskipun disebabkan oleh faktor sementara seperti tarif impor, semakin besar risiko ekspektasi inflasi meningkat," kata Stephen Juneau, ekonom AS di Bank of America Securities.

"Jika itu terjadi, mengembalikan stabilitas harga akan menjadi tantangan besar bagi The Fed."

Tanpa memperhitungkan komponen makanan dan energi yang volatil, CPI inti naik 0,2% pada Februari setelah meningkat 0,4% di Januari.

Secara tahunan, CPI inti naik 3,1%, kenaikan tahunan terkecil sejak April 2021, setelah naik 3,3% pada Januari.

Goldman Sachs kini memperkirakan indeks Core Personal Consumption Expenditures (PCE), salah satu ukuran inflasi yang dipantau The Fed, akan meningkat dari 2,65% pada Januari menjadi sekitar 3% pada Desember.

Baca Juga: Dari Baja hingga Bourbon, Uni Eropa Siapkan Balasan atas Tarif Trump

Kebijakan The Fed dan Proyeksi Suku Bunga

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% - 4,50% dalam pertemuan kebijakan dua hari pekan depan.

Namun, pasar keuangan memperkirakan The Fed akan mulai kembali memangkas suku bunga pada Juni karena prospek ekonomi yang memburuk.

Sejak Januari, The Fed menghentikan siklus pemangkasan suku bunga setelah sebelumnya menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin sejak September.

Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 5,25 persen poin pada 2022 dan 2023 untuk meredam inflasi.

Selanjutnya: Ariel NOAH dkk Gugat MK: Perjuangan Musisi Bebas Menyanyikan Lagu Tanpa Izin Pencipta

Menarik Dibaca: Ninja Xpress Bagikan Tips Jalankan Bisnis Franchise di Indonesia


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×