kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.714.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.410   37,00   0,22%
  • IDX 6.658   -7,45   -0,11%
  • KOMPAS100 946   -4,51   -0,47%
  • LQ45 743   -5,27   -0,70%
  • ISSI 209   1,33   0,64%
  • IDX30 387   -2,81   -0,72%
  • IDXHIDIV20 464   -3,50   -0,75%
  • IDX80 108   -0,60   -0,56%
  • IDXV30 110   -0,50   -0,45%
  • IDXQ30 127   -0,96   -0,75%

Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai


Rabu, 12 Maret 2025 / 21:51 WIB
Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai
ILUSTRASI. Harga konsumen di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan moderat pada Februari 2025, dengan kenaikan biaya perumahan yang sebagian diimbangi oleh tarif tiket pesawat yang lebih murah. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Harga konsumen di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan moderat pada Februari 2025, dengan kenaikan biaya perumahan yang sebagian diimbangi oleh tarif tiket pesawat yang lebih murah.

Hal ini memberi ruang bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan, sambil memantau dampak ekonomi dari perang dagang.

Namun, efek positif dari laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu (12/3) ini mungkin hanya bersifat sementara.

Baca Juga: Harga Emas Stabil di US$2.915,66 Rabu (12/3), Pasar Fokus pada Data Inflasi AS

Data ini belum mencerminkan dampak tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump, yang telah meningkatkan ekspektasi inflasi di kalangan konsumen dan mendorong para ekonom merevisi proyeksi inflasi mereka.

Pasar saham AS mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir akibat kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Perang dagang diperkirakan akan meningkatkan harga dalam laporan inflasi mendatang," kata Chris Low, Kepala Ekonom di FHN Financial.

"The Fed masih berada dalam posisi wait-and-see karena ketidakpastian harga, tetapi peluang untuk pemotongan suku bunga tahun ini meningkat setelah laporan hari ini."

Laporan menunjukkan bahwa CPI naik 0,2% bulan lalu, kenaikan terkecil sejak Oktober, setelah melonjak 0,5% pada Januari.

Hampir setengah dari kenaikan CPI berasal dari kenaikan 0,3% biaya perumahan, termasuk tarif hotel dan motel, setelah naik 0,4% pada Januari.

Sebaliknya, harga tiket pesawat turun 4,0%, mengindikasikan permintaan yang melemah akibat pengurangan belanja oleh konsumen dan korporasi.

Sementara itu, harga bensin turun 1,0% karena perlambatan ekonomi global mengurangi permintaan minyak.

Baca Juga: Suramnya Prospek Bisnis Global Akibat Tarif Baru Trump

Harga makanan naik 0,2% setelah meningkat 0,4% di bulan sebelumnya, dengan harga bahan pangan seperti buah, sayuran, minuman non-alkohol, dan produk susu cenderung stabil.

Namun, harga telur melonjak 10,4% akibat wabah flu burung yang memicu kelangkaan pasokan.

Harga telur yang menjadi perhatian utama masyarakat terkait inflasi naik 58,8% secara tahunan di Februari.

Secara keseluruhan, CPI tahunan meningkat 2,8% dalam 12 bulan hingga Februari, setelah naik 3,0% di Januari.

Para ekonom sebelumnya memperkirakan kenaikan bulanan sebesar 0,3% dan kenaikan tahunan sebesar 2,9%.

Dalam tiga bulan terakhir hingga Februari, CPI meningkat dengan laju tahunan sebesar 4,3%, tetap di atas target inflasi 2% yang ditetapkan oleh The Fed.

Dampak Tarif Impor dan Ekspektasi Inflasi

Trump bulan ini meningkatkan perang dagang dengan menaikkan tarif barang dari China menjadi 20% serta menerapkan bea masuk baru sebesar 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko.

Meskipun ada pengecualian sementara selama satu bulan bagi produk yang memenuhi syarat berdasarkan perjanjian perdagangan U.S.-Mexico-Canada Agreement (USMCA).

Baca Juga: Tantang Trump, Kanada Berlakukan Tarif Balasan Senilai C$29,8 Miliar terhadap AS

Tarif baru untuk baja dan aluminium mulai berlaku pekan ini, yang langsung mendapat balasan dari Uni Eropa.

Sementara itu, nilai dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS sedikit meningkat.

Para ekonom memperkirakan konsumen AS kemungkinan telah bergegas membeli barang-barang seperti kendaraan dan produk mahal lainnya pada Februari sebelum harga naik akibat tarif impor.

"Semakin lama inflasi bertahan di atas target The Fed, meskipun disebabkan oleh faktor sementara seperti tarif impor, semakin besar risiko ekspektasi inflasi meningkat," kata Stephen Juneau, ekonom AS di Bank of America Securities.

"Jika itu terjadi, mengembalikan stabilitas harga akan menjadi tantangan besar bagi The Fed."

Tanpa memperhitungkan komponen makanan dan energi yang volatil, CPI inti naik 0,2% pada Februari setelah meningkat 0,4% di Januari.

Secara tahunan, CPI inti naik 3,1%, kenaikan tahunan terkecil sejak April 2021, setelah naik 3,3% pada Januari.

Goldman Sachs kini memperkirakan indeks Core Personal Consumption Expenditures (PCE), salah satu ukuran inflasi yang dipantau The Fed, akan meningkat dari 2,65% pada Januari menjadi sekitar 3% pada Desember.

Baca Juga: Dari Baja hingga Bourbon, Uni Eropa Siapkan Balasan atas Tarif Trump

Kebijakan The Fed dan Proyeksi Suku Bunga

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% - 4,50% dalam pertemuan kebijakan dua hari pekan depan.

Namun, pasar keuangan memperkirakan The Fed akan mulai kembali memangkas suku bunga pada Juni karena prospek ekonomi yang memburuk.

Sejak Januari, The Fed menghentikan siklus pemangkasan suku bunga setelah sebelumnya menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin sejak September.

Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 5,25 persen poin pada 2022 dan 2023 untuk meredam inflasi.

Selanjutnya: Ariel NOAH dkk Gugat MK: Perjuangan Musisi Bebas Menyanyikan Lagu Tanpa Izin Pencipta

Menarik Dibaca: Ninja Xpress Bagikan Tips Jalankan Bisnis Franchise di Indonesia


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×