Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga konsumen inti Jepang naik 2,6% pada bulan Juni dari tahun sebelumnya. Data yang dirilis pada Jumat (19/7) ini meningkat untuk bulan kedua berturut-turut dan menjaga ekspektasi pasar bahwa bank sentral akan segera menaikkan suku bunga acuan.
Data tersebut akan menjadi salah satu faktor yang akan diteliti oleh Bank of Japan (BOJ) pada pertemuan kebijakannya pada tanggal 30-31 Juli. Akhir bulan ini, dewan BOJ akan merilis perkiraan triwulanan baru dan memperdebatkan apakah akan menaikkan suku bunga dari level yang mendekati nol saat ini.
Peningkatan indeks harga konsumen (CPI) inti, yang menghilangkan pengaruh volatilitas harga pangan segar, berada sedikit di bawah perkiraan median pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,7%. Inflasi mengikuti kenaikan bulan sebelumnya sebesar 2,5%.
Pengurangan subsidi pemerintah yang bertujuan untuk membatasi tagihan utilitas mendorong kenaikan biaya energi sebesar 7,7% secara tahunan di bulan Juni. Laju kenaikan biaya energi naik dari kenaikan 7,2% di bulan Mei, sehingga membantu mengangkat inflasi secara keseluruhan.
Baca Juga: Harga Germanium, Logam Penting Pembuatan Chip, Capai Rekor Tertinggi di China
Indeks terpisah yang mengecualikan dampak makanan segar dan biaya bahan bakar naik 2,2% di bulan Juni setelah angka 2,1% di bulan Mei. Indeks ini yang diawasi ketat oleh BOJ sebagai indikator tren harga yang lebih luas.
Inflasi jasa meningkat menjadi 1,7% di bulan Juni dari 1,6% di bulan Mei, menurut data. Angka ini menandakan bawah perusahaan terus meneruskan kenaikan biaya tenaga kerja melalui kenaikan harga.
“Meskipun Bank of Japan masih akan melihat IHK Tokyo bulan Juli sebelum pertemuannya akhir bulan ini, angka nasional bulan Juni mendukung perkiraan kami mengenai kenaikan suku bunga lagi pada pertemuan tersebut,” kata Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics kepada Reuters.
“Kami memperkirakan inflasi akan tetap berada di sekitar 2% hingga awal tahun 2025, yang menurut kami akan mendorong Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga pada bulan ini dan pada bulan Oktober,” imbuh Thieliant.
Perekonomian Jepang menyusut pada kuartal pertama karena perusahaan dan rumah tangga mengurangi pengeluaran. Penurunan ekonomi ini menimbulkan keraguan terhadap pandangan bank sentral mengenai pemulihan yang moderat.
Baca Juga: Shimizu Mau Masuk ke Saham TOTL Via Tender Offer, Bisnisnya Bertebaran di Indonesia
Meskipun para analis memperkirakan pertumbuhan akan kembali pulih pada kuartal April-Juni, pelemahan nilai tukar yen membebani sentimen rumah tangga. Pelemahan yen menyebabkan biaya impor bahan bakar dan makanan meningkat.
BOJ menghentikan suku bunga negatif dan pengendalian imbal hasil obligasi pada bulan Maret lalu. Ini adalah, sebuah perubahan penting dari program stimulus radikal yang telah berlangsung selama satu dekade.
Dengan inflasi yang melampaui target 2% selama dua tahun, bank sentral juga memberikan petunjuk bahwa mereka akan menaikkan suku bunga jangka pendek ke tingkat yang tidak akan mendinginkan atau membuat perekonomian terlalu panas. Para analis menghitung, suku bunga target bank sentral berkisar antara 1% dan 2%.
Banyak ekonom memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga menjadi 0,25% tahun ini. Tetapi tidak ada pandangan yang jelas apakah kenaikan suku bunga akan dilakukan pada bulan Juli atau akhir tahun ini.