kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Inti Jepang pada Agustus Mendekati Level Tertinggi 8 Tahun


Selasa, 20 September 2022 / 07:51 WIB
Inflasi Inti Jepang pada Agustus Mendekati Level Tertinggi 8 Tahun
ILUSTRASI. Inflasi konsumen inti Jepang meningkat menjadi 2,8% pada Agustus 2022, REUTERS/Issei Kato


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Inflasi konsumen inti Jepang meningkat menjadi 2,8% pada Agustus 2022, mencapai laju tahunan tercepat dalam hampir delapan tahun, berdasarkan data yang dirilis pada Selasa (20/9). Ini menjadi sebuah tanda tekanan inflasi dari biaya bahan baku yang lebih tinggi dan melemahnya yen meluas.

Para analis memperkirakan, sementara inflasi konsumen inti melebihi target 2% bank sentral selama lima bulan berturut-turut, Bank of Japan tidak mungkin menaikkan suku bunga dalam waktu dekat karena upah dan pertumbuhan konsumsi tetap lemah.

Mengutip Reuters, Selasa (20/9), data tersebut menyoroti dilema yang dihadapi Bank of Japan ketika mencoba untuk menopang ekonomi yang rapuh dengan mempertahankan suku bunga yang sangat rendah, yang pada gilirannya memicu penurunan yen yang tidak diinginkan yang menaikkan biaya hidup rumah tangga.

Baca Juga: Bank Sentral Global Serentak Kerek Bunga

Kenaikan indeks harga konsumen inti (CPI) nasional, yang tidak termasuk makanan segar yang mudah menguap tetapi termasuk biaya bahan bakar, sedikit lebih besar dari perkiraan pasar rata-rata untuk kenaikan 2,7% dan mengikuti kenaikan 2,4% pada bulan Juli.

Setelah disambut untuk mendorong ekspor, pelemahan yen menjadi masalah bagi pembuat kebijakan Jepang, karena merugikan peritel dan konsumen karena semakin mengerek harga bahan bakar dan makanan impor yang sudah naik.

Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu tumbuh 3,5% secara tahunan pada kuartal kedua, lebih kuat dari perkiraan awal. Tetapi pemulihannya lebih lambat daripada banyak negara lain karena kebangkitan infeksi Covid-19, kendala pasokan, dan kenaikan biaya bahan baku membebani konsumsi dan output.

Sementara inflasi masih rendah dibandingkan dengan banyak negara maju lainnya, perlambatan global dan harga energi yang tinggi mengaburkan prospek. BOJ telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah dan tetap menjadi outlier dalam gelombang pengetatan kebijakan moneter global.




TERBARU

[X]
×