Sumber: Bloomberg | Editor: Sandy Baskoro
TOKYO. Perbankan Jepang kembali mengakumulasi beli obligasi pemerintah setempat. Pemicunya adalah, proyeksi kenaikan inflasi di Negeri Samurai terkait kebijakan Abenomics.
Salah satu perusahaan yang siap membeli lagi obligasi pemerintah adalah Sumitomo Mitsui Financial Group Inc. Selama ini, Sumitomo tercatat sebagai penjual terbesar obligasi pemerintah Jepang.
Sumitomo memangkas kepemilikan surat utang pemerintah Jepang hingga 47% year-on-year menjadi ¥ 14,7 triliun atau US$ 141 miliar per akhir September 2013.
Sumitomo menjual obligasi dan menggeser investasinya ke saham lantaran Bank of Japan (BoJ) mencatatkan rekor pembelian surat utang, yang menyebabkan suku bunga semakin rendah. Ini merupakan bagian dari kebijakan Perdana Menteri Shinzo Abe yang ingin membangkitkan kembali perekonomian Jepang dengan memicu inflasi.
Perbankan Jepang lebih suka menyalurkan simpanan nasabah ke obligasi pemerintah daripada mengucurkan kredit, lantaran deflasi tetap bertahan, kini mengurangi kepemilikan utang sebesar 15% year-on-year menjadi ¥ 141 triliun per akhir September 2013. Sumitomo mengurangi kepemilikan obligasi senilai ¥ 12,8 triliun, atau menyumbang setengah dari total penurunan.
Bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc, juga memangkas kepemilikan di obligasi pemerintah Jepang sebesar 14%, diikuti Mizuho Financial Group Inc yang mengurangi kepemilikan obligasi sebesar 10%. BoJ mencatat, puncak tertinggi kepemilikan bank terhadap obligasi pemerintah mencapai ¥ 171 triliun, pada akhir Maret 2012.
Kini, Sumitomo Mitsui menghentikan penjualan obligasi setelah mencapai nilai minimum yang dibutuhkan untuk digunakan sebagai jaminan dalam transaksi antarbank. "Jika kurva imbal hasil (yield) Jepang mulai merefleksikan inflasi dan ekspektasi pertumbuhan secara mantap, kami akan meningkatkan kepemilikan obligasi pemerintah," ungkap Presiden Sumitomo Mitsui, Koichi Miyata, seperti dikutip Bloomberg, kemarin (25/12).
Tingkat kepemilikan obligasi Sumitomo saat ini sudah tepat, kata Miyata, dengan kenaikan proporsi pada efek terkait saham.
Dengan program pembelian surat utang, aksi BOJ menurunkan imbal hasil obligasi itu sehingga tak menarik bagi kalangan perbankan. Haruhiko Kuroda, Gubernur BoJ, menggulirkan kebijakan pembelian obligasi pemerintah dua kali lipat, dalam pertemuan BoJ yang pertama di bawah kepemimpinannya, pada 4 April 2013. Kuroda membidik target inflasi 2% dalam dua tahun. Pada Oktober tahun ini, inflasi Jepang 0,9%.
"Ada kemungkinan besar bank akan menggeser kelebihan deposito mereka ke obligasi pemerintah, jika suku bunga naik," ujar Satoshi Yamada, Debt Trading Manager Okasan Asset Management Co, yang mengelola dana sebesar US$ 11 miliar.