kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inggris mengucapkan selamat tinggal pada Uni Eropa


Jumat, 01 Januari 2021 / 08:09 WIB
Inggris mengucapkan selamat tinggal pada Uni Eropa
ILUSTRASI. Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada Uni Eropa pada Kamis (31/12/2020) setelah hubungan 48 tahun yang menggelora


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - LONDON. Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada Uni Eropa pada Kamis (31/12/2020) setelah hubungan 48 tahun yang menggelora. Para pengamat menilai, masa depan Inggris pasca-Brexit yang tidak pasti dalam pergeseran geopolitik paling signifikan sejak hilangnya kerajaan.

Brexit secara resmi terjadi pada tengah malam di Brussel, atau 23.00 waktu London jelang tahun baru. Inggris mengakhiri keanggotaan de facto, yang dikenal sebagai periode transisi, yang berlangsung 11 bulan setelah secara resmi mundur dari keanggotaan 27 negara Uni Eropa pada Januari. 31.

Selama lima tahun, hiruk pikuk krisis Brexit mendominasi permasalahan Eropa, mengguncang mata uang poundsterling dan menodai reputasi Inggris sebagai pilar kepercayaan stabilitas ekonomi dan politik Barat.

Para pendukung menganggap Brexit sebagai awal dari Inggris global yang baru merdeka. Tapi, perceraian ini melemahkan ikatan antara Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara yang memiliki total ekonomi US$ 3 triliun.

Baca Juga: Tak ingin tinggalkan Uni Eropa, ayah Boris Johnson ingin jadi warga Prancis

"Ini adalah momen yang luar biasa bagi negara ini," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam pesan malam tahun baru. 

"Kami memiliki kebebasan di tangan kami dan terserah kami untuk memanfaatkannya sebaik mungkin," ujar Johnson.

Saat para pemimpin Uni Eropa dan warga negara mengucapkan selamat tinggal, Johnson mengatakan bahwa Inggris akan tetap menjadi peradaban Eropa klasik.

Tapi Johnson, wajah dari kampanye Brexit, tidak menjelaskan secara rinci tentang apa yang ingin dia bangun dengan kemerdekaan Inggris di tengah utang yang menggunung saat krisis Covid-19.

Ayahnya yang berusia 80 tahun, Stanley Johnson, yang memilih untuk tetap tinggal pada referendum tahun 2016, mengatakan dia sedang dalam proses mengajukan paspor Prancis.

Baca Juga: UK parliament approves Brexit trade deal as both sides look to future

BREXIT

Pada referendum 23 Juni 2016, sebanyak 17,4 juta pemilih, atau 52%, mendukung Brexit sementara 16,1 juta, atau 48%, mendukung tetap di blok tersebut. Hanya sedikit yang berubah pikiran sejak itu. Inggris dan Wales memilih keluar tetapi Skotlandia dan Irlandia Utara ikut serta.

Referendum menunjukkan Inggris terbagi lebih dari sekadar tetap di Uni Eropa atau keluar. Referendum ini memicu pencarian tentang segala hal mulai dari pemisahan diri dan imigrasi hingga kapitalisme, serta warisan kekaisaran.

Inggris bergabung pada tahun 1973 dan dua dekade lalu para pemimpin Inggris sedang berdebat tentang apakah akan bergabung dengan euro. Hingga kini, Inggris tidak bergabung menggunakan mata uang euro dalam Zona Euro.

Baca Juga: Sambut 2021 investor perlu mencermati sejumlah faktor ini




TERBARU

[X]
×