kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dia para pemenang Nobel 2019, dari penemu planet terjauh hingga PM termuda Afrika


Sabtu, 12 Oktober 2019 / 04:30 WIB
Ini dia para pemenang Nobel 2019, dari penemu planet terjauh hingga PM termuda Afrika


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Pekan ini, Komisi Nobel Norwegia mengumumkan pemenang Hadiah Nobel 2019, mulai kedokteran, fisika, kimia, sastra, hingga yang paling bergengsi perdamaian.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2019 atas upaya perdamaiannya dengan Eritrea. Ethiopia dan Eritrea yang berperang di perbatasan sejak 1998 hingga 2000 memulihkan hubungan pada Juli 2018.

Berikut para pemenang Hadiah Nobel 2019:

Baca Juga: Selamat, ilmuwan AS dan Inggris menyabet Nobel Kedokteran 2019

Nobel Kedokteran

Dua ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) dan satu dari Inggris memenangkan Nobel Kedokteran 2019, karena temuan mereka membuka jalan bagi strategi baru untuk memerangi penyakit, seperti anemia dan kanker.

Ketiga ilmuan itu adalah William Kaelin dan Gregg Semenza asal AS serta Peter Ratcliffe dari Inggris. Mereka menemukan, bagaimana sel beradaptasi dengan kadar oksigen yang berfluktuasi.

"Penemuan seminal oleh pemenang Nobel tahun ini mengungkapkan mekanisme untuk salah satu proses adaptif yang paling penting dalam kehidupan," kata Majelis Nobel di Institut Karolinska, Swedia, dalam pernyataan tertulis, Senin (7/10), seperti dikutip Reuters.

Penelitian ketiga ilmuan tersebut menjadi dasar untuk memahami bagaimana kadar oksigen memengaruhi metabolisme seluler dan fungsi fisiologis. "Penginderaan oksigen merupakan pusat dari sejumlah besar penyakit," ujar Majelis Nobel.

"Upaya intens yang berkelanjutan di laboratorium akademik dan perusahaan farmasi sekarang difokuskan pada pengembangan obat yang bisa mengganggu berbagai penyakit dengan mengaktifkan atau memblokir mesin pengindera oksigen," imbuh Majelis Nobel.

Nobel Fisika

Ahli kosmologi Kanada-Amerika James Peebles serta dua ilmuwan Swiss Michel Mayor dan Didier Queloz memenangkan Hadiah Nobel Fisika 2019, karena mengungkapkan keajaiban evolusi alam semesta dan menemukan planet yang mengorbit di luar matahari.

"Peraih Nobel tahun ini telah melukis gambar alam semesta kita yang jauh lebih asing dan lebih indah dari yang pernah kita bayangkan," kata Ulf Danielsson, Anggota Komite Nobel untuk Fisika, kepada wartawan, saat pengumuman Hadiah Nobel Fisika 2019, Selasa (8/10), seperti dikutip Reuters.

"Penelitian para ilmuwan telah mengubah ide-ide kami tentang kosmos," sebut Royal Swedish Academy of Sciences.

Baca Juga: Hadiah Nobel Fisika 2019 jatuh pada penemu planet di luar Bima Sakti

Mayor dan Queloz mengatakan, "sangat luar biasa" mendapatkan Nobel atas apa yang mereka sebut sebagai penemuan paling menarik dari seluruh karier keduanya.

"Penghargaan dan hadiahnya, wah, mereka menawan dan sangat dihargai. Tapi, Anda harus masuk ke sains karena Anda terpesona olehnya. Itulah yang saya lakukan," kata Peebles kepada wartawan melalui telepon setelah pengumuman Hadiah Nobel Fisika 2019.

Menurut Royal Swedish Academy of Sciences, dengan menggunakan alat dan perhitungan teoretis, Peebles mampu menginterpretasikan jejak radiasi sejak masih "bayi" di alam semesta dan menemukan proses fisik baru.

Sedang Mayor dan Queloz mengumumkan penemuan pertama sebuah planet di luar tata surya kita, yang mereka sebut "planet ekstrasurya", memulai revolusi dalam astronomi. Lebih dari 4.000 exoplanet telah ditemukan di Galaksi Bima Sakti.

"Dengan sejumlah proyek yang direncanakan untuk mulai mencari exoplanet, kita mungkin akhirnya menemukan jawaban untuk pertanyaan abadi, apakah ada kehidupan lain di luar sana," kata Royal Swedish Academy of Sciences.

Nobel Kimia

Ilmuwan John Goodenough, Stanley Whittingham, dan Akira Yoshino memenangkan Hadiah Nobel Kimia 2019 untuk pengembangan baterai lithium-ion, teknologi penting yang memungkinkan dunia beralih dari bahan bakar fosil.

Komisi Nobel mengumumkan kemenangan ketiganya pada Rabu (9/10) di Stockholm. Dan, Goodenough asal Amerika Serikat yang berusia 97 tahun sekaligus menjadi pemenang tertua sepanjang sejarah pemberian Nobel.

"Baterai isi ulang ini meletakkan dasar elektronik nirkabel, seperti ponsel dan laptop," kata Royal Swedish Academy of Sciences seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Hadiah Nobel Kimia 2019 jadi milik tiga pengembang baterai lithium

"Ini juga memungkinkan dunia bebas bahan bakar fosil, karena digunakan untuk semuanya, mulai dari menyalakan mobil listrik hingga menyimpan energi dari sumber yang terbarukan," ujar Royal Swedish Academy of Sciences.

Whittingham mengembangkan baterai lithium fungsional pertama pada awal 1970-an. Goodenough kemudian menggandakan potensi baterai itu pada dekade berikutnya, dan Yoshino menghilangkan lithium murni dari baterai lalu membuatnya jauh lebih aman untuk digunakan.

Nobel Sastra

Peter Handke dari Austria memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2019. Dan, Nobel Sastra 2018 yang ditunda jatuh ke tangan penulis Polandia Olga Tokarczuk.

Dua Nobel Sastra dianugerahi tahun ini, setelah tahun lalu ditunda gara-gara skandal yang menyebabkan suami seorang anggota Swedish Academy dihukum karena pemerkosaan.

Sejak itu, Swedish Academy menunjuk anggota baru dan mereformasi beberapa aturan yang lebih misterius, pasca intervensi langka oleh Raja Swedia, pelindung akademi tersebut.

Baca Juga: Penulis Austria menyabet Nobel Sastra 2019, penulis Polandia raih Nobel Sastra 2018

Handke yang berusia 76 tahun memenangkan Nobel Sastra 2019 untuk sebuah karyanya yang berpengaruh. "Yang dengan kecerdikan linguistik telah mengeksplorasi batas dan kekhususan pengalaman manusia," kata Swedish Academy dalam pernyataan, Kamis (10/10), seperti dikutip Reuters.

Nobebel Sastra 2018 jatuh pada Tokarczuk untuk imajinasi naratif yang dengan hasrat ensiklopedis mewakili penyeberangan batas sebagai bentuk kehidupan.

Nobel Perdamaian

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2019 atas upaya perdamaiannya dengan Eritrea. Ethiopia dan Eritrea yang berperang di perbatasan sejak 1998 hingga 2000 memulihkan hubungan pada Juli 2018.

"Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini atas upayanya mencapai perdamaian dan kerjasama internasional, dan khususnya atas inisiatif tegasnya untuk menyelesaikan konflik perbatasan dengan negara tetangga Eritrea," kata Komite Nobel Norwegia dalam pernyataannya, Jumat (11/10) seperti dikutip Reuters.

Abiy yang baru berusia 43 tahun merupakan kepala pemerintahan termuda di wilayah Afrika saat ini.

Baca Juga: Selamat, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan Nobel Perdamaian 2019

"Kami bangga sebagai bangsa," ujar Kantor Perdana Menteri Ethiopia dalam pernyataan tertulis. "Ini kemenangan kolektif bagi semua orang Ethiopia, dan seruan untuk memperkuat tekad kami dalam menjadikan Ethiopia-cakrawala harapan baru-negara yang makmur bagi semua".

Hadiah Nobel Perdamaian akan diserahkan di Oslo pada 10 Desember mendatang, bertepatan dengan hari peringatan meninggalnya industrialis Swedia Alfred Nobel, yang menggagas penghargaan itu pada 1895 silam.

Selamat untuk semua pemenang.




TERBARU

[X]
×