Sumber: The Moscow Times,The Moscow Times | Editor: S.S. Kurniawan
“Mengapa Anda memiliki rudal jelajah bertenaga nuklir dan berhulu ledak nuklir? Itu tidak lebih dari Chernobyl terbang,” sebut Billingslea.
“Pikirkan saja radioaktif yang akan dihasilkannya saat ia berputar (terbang). Tidak ada argumen yang baik dan logika untuk memiliki sistem kiamat semacam ini," ujarnya.
Dalam kicauan di Twitter pada awal Juli lalu, Billingslea mengatakan, AS melihat Burevestnik dan "drone hari kiamat" Poseidon sebagai "konsep mengerikan" yang harus Rusia tangguhkan.
Baca Juga: Mengenal Poseidon, senjata nuklir hari kiamat milik Rusia
Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah. Kapal selam tak berawak tersebut juga bertenaga dan membawa hulu ledak nuklir.
Rusia membuat drone berbentuk seperti torpedo raksasa untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton. Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat".
Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia. Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air tersebut bisa melintasi Atlantik Utara.
Baca Juga: AS dan Rusia mulai pembicaraan nuklir, siapa paling banyak punya hulu ledak?
Hanya, tak lama setelah kecelakaan mematikan saat uji coba Burevestnik pada Agustus 2019 lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan, AS memiliki rudal "serupa tapi lebih canggih.