Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada hari Rabu (29/3/2023), Amerika Serikat bekerja keras untuk melawan pengaruh China di lembaga-lembaga internasional dan dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.
Melansir Reuters, Yellen mengatakan, dirinya prihatin dengan beberapa aktivitas China secara global, khususnya dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.
"Saya sangat prihatin dengan beberapa kegiatan yang dilakukan China secara global, melibatkan negara-negara dengan cara yang membuat mereka terjebak dalam utang dan tidak mempromosikan pembangunan ekonomi," katanya.
Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan, China menghabiskan dana sebesar US$ 240 miliar untuk menyelamatkan 22 negara berkembang antara tahun 2008 dan 2021. Bahkan jumlahnya melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena lebih banyak yang berjuang untuk membayar kembali pinjaman yang dihabiskan untuk membangun infrastruktur "Belt and Road".
Menurut laporan yang dirilis oleh para peneliti dari Bank Dunia, Harvard Kennedy School, AidData dan Kiel Institute for the World Economy, hampir 80% dari pinjaman dilakukan antara 2016 dan 2021, terutama ke negara-negara berpenghasilan menengah termasuk Argentina, Mongolia dan Pakistan.
Baca Juga: Begini Efek Krisis Perbankan di AS Terhadap Pasar Kripto
China telah meminjamkan ratusan miliar dolar untuk membangun infrastruktur di negara-negara berkembang, tetapi pinjaman telah berkurang sejak 2016 karena banyak proyek gagal membayar dividen keuangan yang diharapkan.
China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menjalankan proses tersebut. Sebagai tanggapan, China telah meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk juga menawarkan keringanan utang.
Baca Juga: Krisis Perbankan di Amerika Serikat Beri Efek Positif ke Harga Bitcoin
Tanggapan marah China
China pada hari Kamis menyebut pernyataan Yellen "tidak bertanggung jawab" dan "tidak masuk akal".
China mengatakan, masalah utang dunia diperparah oleh Amerika Serikat karena apa yang disebut Beijing sebagai "tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
"Kami tidak menerima tuduhan yang tidak masuk akal dari Amerika Serikat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam jumpa pers pada hari Kamis.
"Amerika Serikat harus mengambil tindakan praktis untuk membantu negara-negara berkembang, daripada menuding negara lain dan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," tambah Mao.
China mengatakan selalu mengikuti aturan internasional dan melakukan kerja sama investasi dan pembiayaan dengan negara berkembang dengan keterbukaan dan transparansi.