Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
2. Tes awal
Christian Drosten, Direktur Institut Virologi Rumahsakit Charite, Berlin, mengatakan, pengujian awal juga bisa menjadi faktor kematian kecil. "Kami mengenali penyakit ini sangat dini di negara kami. Kami unggul dalam hal diagnosis dan deteksi," ungkapnya.
Pada Januari, para peneliti di Charite menjadi yang pertama mengembangkan tes untuk virus corona. Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak di antaranya mulai melakukan tes paling awal sejak Januari, ketika jumlah kasus masih sangat rendah.
Jumlah laboratorium yang banyak telah meningkatkan kapasitas penyaringan nasional, dan RKI memperkirakan, 12.000 orang bisa diuji dalam sehari di Jerman. Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah dibanding beberapa negara lain.
Siapa pun yang menunjukkan gejala, telah melakukan kontak dengan kasus yang terkonfirmasi, atau baru saja kembali dari zona risiko memenuhi syarat untuk dites.
Baca Juga: Bill Gates: Pengujian virus corona oleh Amerika tidak terorganisir
3. Pasien lebih muda
Virus ini juga sebagian besar menginfeksi populasi usia muda dan lebih sehat di Jerman dibanding negara lain. "Di Jerman, lebih dari 70% yang terinfeksi hingga sekarang berusia antara 20 dan 50 tahun," kata Presiden RKI Lothar Wieler.
Seperti di Skandinavia, infeksi pertama di Jerman teridentifikasi pada orang yang baru saja kembali dari liburan bermain ski di Italia atau Austria.
Namun, di negara dengan hampir seperempat dari populasi lebih dari usia 60 tahun itu ada kekhawatiran jumlah kematian akan meroket ketika virus menyebar lebih lanjut.
Baca Juga: Parah, Italia catatkan rekor jumlah kematian corona terbanyak dalam 24 jam