Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Newman bilang, faktor lain yang menyebabkan lubang tersebut terbentuk adalah kurangnya pencampuran ozon di stratosfer pada tahun ini.
Biasanya, sistem cuaca bisa menghasilkan gelombang atmosfer besar yang melewati atmosfer tinggi ke rendah, dan mencampurkan ozon di stratosfer. Namun, atmosfer di Arktik pada tahun ini tidak biasa dan sangat tenang.
Hingga saat ini, menurut Newman, para ilmuwan belum mengetahui penyebab pencampuran di atmosfer melambat, tetapi fenomena ini kemungkinan besar adalah faktor kunci yang membuat lapisan ozon di Arktik menipis.
Vincent-Henri Peuch, Direktur Layanan Monitoring Atmosfer Copernicus, juga mengungkapkan hal senada kepada Guardian, Selasa (7/4).
Baca Juga: Menyelamatkan Bumi, ilmuwan memanipulasi gen pohon poplar
Dia menyebutkan, lubang ini tidak ada hubungannya dengan social distancing akibat wabah virus corona yang telah mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca secara drastis belakangan.
Telalu cepat juga untuk menentukan, apakah pusaran kutub Arktik yang kelewat stabil ini ada hubungannya dengan krisis iklim atau sekadar bagian dari cuaca stratosfer normal yang bervariabel.
Untungnya, pembentukan lubang yang tidak biasa ini tidak akan membahayakan manusia, kecuali jika bergerak ke Selatan hingga mencapai area padat penduduk.
Jika sampai ke Greenland, misalnya, risiko terbakar sinar matahari akan meningkat. Namun, para ahli memprediksikan, lubang ini akan menghilang dalam beberapa hari ke depan.
Baca Juga: Tingginya kadar ozon jadi ancaman buruk tanaman jagung
Penulis: Shierine Wangsa Wibawa
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lubang Ozon Raksasa Langka Tiba-tiba Terbentuk di Kutub Utara, Ada Apa?"