Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengapa Trump bersikap keras terhadap China?
China adalah sumber utama fentanil (dan bahan baku fentanil) yang diselundupkan ke AS. Namun, ini bukan hanya tentang fentanil.
Trump telah lama bersikeras bahwa Amerika sedang "diperas" oleh negara-negara asing dan bahwa tarif universal akan menyeimbangkan persaingan dengan memberi insentif kepada perusahaan untuk mempertahankan pekerja Amerika dan meningkatkan manufaktur AS — sembari menyalurkan triliunan dolar dalam bentuk pendapatan baru kepada pemerintah federal.
Ia juga mengecam defisit perdagangan dan berjanji bahwa tarif akan menyeimbangkannya.
Sekutu Trump setuju bahwa Tiongkok adalah "pelanggar" terburuk di kedua sisi.
Berbeda dengan Trump, ketidakseimbangan perdagangan antara masing-masing negara biasanya lebih mencerminkan aliran alami barang dan jasa daripada praktik yang tidak adil.
Namun, meskipun Tiongkok bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001, dan secara terang-terangan menyetujui aturan WTO, Tiongkok terus memberikan subsidi besar-besaran kepada industri dalam negerinya, sehingga menyulitkan perusahaan-perusahaan AS untuk bersaing.
Baca Juga: Warren Buffett Menilai Tarif Trump Adalah Kesalahan Besar, Ini 9 Alasannya
Tiongkok telah membanjiri pasar AS dengan barang-barang murah, yang mengakibatkan hilangnya jutaan pekerjaan di Amerika. Tiongkok juga telah menekan perusahaan-perusahaan Amerika untuk menyerahkan teknologi mereka — atau, menurut AS, mencurinya secara langsung.
Dalam beberapa hal, kedua negara telah diuntungkan dari pengaturan tersebut. Kini, karena Tiongkok menjadi salah satu pasar ekspor terbesar untuk barang dan jasa AS — dan AS adalah pasar ekspor utama bagi Tiongkok — hal itu berarti harga yang lebih rendah bagi konsumen Amerika dan laba yang lebih tinggi bagi perusahaan-perusahaan Amerika.
Namun, Trump yakin status quo telah menjadi terlalu mahal bagi AS — dan bahwa tarif dapat memulihkan keseimbangan.
Namun, tidak begitu jelas mengapa tarif yang dipilih Trump adalah 125%. Tarif timbal balik awal presiden sebesar 34% terhadap Tiongkok dihitung dengan mengambil defisit perdagangan tahunan Amerika sebesar US$ 300 miliar dengan Beijing dan membaginya dengan ekspor Tiongkok sebesar US$ 439 miliar yang mengalir ke AS setiap tahun — lalu secara menyesatkan menggambarkan angka tersebut (68%) sebagai tarif efektif Tiongkok terhadap AS dan memangkasnya menjadi setengah agar "baik," seperti yang dikatakan Trump.
Baca Juga: Indonesia Punya Senjata Rahasia Hadapi Tarif Trump: Mineral Kritis!