Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Serbuan malware dalam skala besar ke dalam sistem digital instansi pemerintah Ukraina turut menarik perhatian raksasa teknologi dunia, Microsoft. Untuk saat ini, dugaan mengarah kepada Belarusia.
Dalam laporannya pada Sabtu (15/1), Microsoft menyebutkan, korban malware di antaranya adalah lembaga Pemerintah Ukraina yang ada di urusan eksekutif dan menangani fungsi tanggap darurat.
Dilansir dari Reuters, malware juga berhasil menyerang perusahaan teknologi informasi yang mengelola situs web untuk klien sektor publik, swasta, dan lembaga pemerintah.
Microsoft pertama kali mendeteksi malware pada Kamis (13/1) dan meyakinkan bahwa serangan tersebut tidak memanfaatkan kelemahan apa pun yang ada dalam produk Microsoft.
Baca Juga: Pembicaraan AS-Rusia Mandek, Putin Pindahkan Helikopter Militer ke Perbatasan Ukraina
Dilakukan peretas Belarusia
Serangan siber skala besar melanda situs web Pemerintah Ukraina pada Kamis malam. Penyerang menyampaikan pesan peringatan kepada warga Ukraina agar takut dan bersiap untuk yang terburuk.
Hingga Jumat (14/1) pagi, sejumlah situs web pemerintah Ukraina masih belum dapat diakses sehingga menghambat pekerjaan.
Microsoft mengungkapkan, malware yang digunakan mampu menyamar sebagai ransomware dan membuat sistem komputer yang terinfeksi tidak dapat dioperasikan jika diaktifkan.
Saat ini, Microsot masih terus bekerja dengan komunitas keamanan siber untuk mengidentifikasi dan membantu korban.
Baca Juga: Peringatan Inggris: Jika Serang Ukraina, Barat Jatuhkan Sanksi Keuangan ke Rusia
Pada Sabtu, Serhiy Demedyuk, Wakil Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengatakan, Ukraina menyalahkan insiden ini kepada kelompok yang dikenal sebagai UNC1151.
"Kami percaya sebelumnya bahwa kelompok UNC1151 mungkin terlibat dalam serangan ini. Ini adalah kelompok spionase dunia maya yang berafiliasi dengan layanan khusus Republik Belarusia," kata Demedyuk, seperti dikutip Reuters.
Menurut Demedyuk, kelompok itu pernah menyerang Lithuania, Latvia, Polandia, dan Ukraina. Mereka bahkan rutin menyebarkan narasi yang mengecam kehadiran aliansi NATO di Eropa.
Baca Juga: Polandia: Perang Eropa yang Lebih Besar dalam 30 Tahun Terakhir Bisa Pecah
Demedyuk juga menduga kelompok ini berkaitan dengan Rusia karena memiliki karakteristik serangan yang serupa.
"Perangkat lunak berbahaya yang digunakan untuk mengenkripsi beberapa server pemerintah sangat mirip karakteristiknya dengan yang digunakan oleh grup ATP-29. Kelompok ini mengkhususkan diri dalam spionase dunia maya, yang terkait dengan layanan khusus Rusia," ujarnya.
Pesan yang ditampilkan oleh para peretas ditulis dalam tiga bahasa, yakni Ukraina, Rusia, dan Polandia. Mereka merujuk ke Volhynia dan Galicia Timur, di mana pembunuhan massal dilakukan di Polandia yang diduduki Nazi Jerman oleh Tentara Pemberontak Ukraina (UPA).
Insiden tersebut merupakan pemicu pertikaian antara Polandia dan Ukraina.