Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Intelijen Jerman mengatakan bahwa layanan intelijen asing saat ini sedang berusaha meningkatkan pengawasan terhadap Berlin, terutama agen dari Rusia dan China.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, pada hari Selasa (20/6) mengatakan bahwa perang Rusia melawan Ukraina menjadi titik balik bagi keamanan dalam negeri Jerman.
Mengutip laporan Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Jerman, Faeser menjelaskan badan intelijen asing semakin menargetkan Jerman. Ancaman seperti spionase, serangan dunia maya, dan kampanye disinformasi pun sangat berpotensi terjadi.
Melansir New York Times, laporan tersebut menggambarkan China sebagai ancaman terbesar dalam hal spionase ekonomi dan ilmiah. Laporan tersebut mencatat bahwa Jerman pada tahun 2022 adalah salah satu target terpenting China di Eropa untuk investasi legal.
Baca Juga: Latihan Militer Skala Besar NATO Dimulai, Libatkan 10.000 Personel dan 250 Pesawat
"Investasi langsung tidak hanya menawarkan China kesempatan untuk menebus defisit inovasi dan mencapai keunggulan teknologi, tetapi juga membuka pintu bagi pengaruh politik, spionase, dan sabotase," tulis laporan tersebut.
Menurut kantor intelijen Jerman, luasnya jangkauan kegiatan intelijen asing juga dapat membahayakan daya saing Jerman sebagai lokasi industri dan teknologi serta merusak hukum ekonomi pasar.
"Pada akhirnya, hal ini mengancam akan mengakibatkan hilangnya kemakmuran dan, akibatnya, berisiko terhadap demokrasi, kohesi sosial, dan kemerdekaan Jerman," lanjut laporan tersebut.
Baca Juga: Macron: Jangan Bergantung Pada AS, Eropa Harus Bangun Sistem Pertahanan Udara Sendiri
Meskipun penilaian semacam itu dikeluarkan setiap tahun, namun laporan tahun ini dianggap memiliki nilai peringatan yang sangat tinggi dan serius. Laporan terbaru juga menunjukkan bahwa lingkungan keamanan Jerman telah berubah dalam setahun.
Bulan Juni lalu, pemerintah Jerman mengeluarkan strategi keamanan nasional yang komprehensif untuk pertama kalinya sebagai bagian dari upaya untuk menghadapi kerentanan negara terhadap ancaman militer, ekonomi, dan geopolitik baru.
"Invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya ketegangan global dengan China menjadi latar belakang meningkatnya keterpaparan Jerman terhadap campur tangan asing, mengingat posisi Jerman di NATO maupun salah satu negara paling kuat di Uni Eropa," pungkas laporan tersebut.