Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANGKOK. Setelah sempat keok kemarin, kali ini, mata uang won Korea Selatan (Korsel) dan ringgit Malaysia memimpin penguatan mata uang Asia. Hal ini disebabkan adanya spekulasi bahwa bank sentral kedua negara itu akan melakukan intervensi untuk mengerem melemahnya mata uang miliknya seiring dengan terjadinya resesi global.
Mata uang won mengalami kenaikan dari angka terendahnya dalam 11 tahun terakhir setelah pejabat kementerian keuangan setempat mengumumkan pihaknya akan berupaya sekeras mungkin untuk menstabilkan pasar mata uangnya.
Sementara itu, mata uang dolar Taiwan juga mengalami penguatan untuk pertama kalinya dalam empat hari setelah bank sentral Taiwan mengatakan akan menjaga nilai tukar dolar Taiwan pada posisi yang stabil.
“Bank sentral sejumlah negara tidak mau menghentikan depresiasi mata uangnya, melainkan mereka ingin mengontrolnya. Saat ini pergerakan pasar uang sangat kuat dan melawan arus merupakan hal yang sangat sulit dilakukan,” jelas Sebastien Barbe, Strategist Calyon di Hongkong.
Berdasarkan data dari Seoul Money Brokerage Services Ltd, mata uang Korea menguat 0,9% menjadi 1.557,40 per dolar setelah sebelumnya berada pada posisi 1.566,65 pada pukul 12.07 waktu setempat. Kemarin, won sempat bertengger pada posisi 1.596 yang merupakan angka terendah sejak Maret 1998. Sementara itu, mata uang ringgit mengalami penguatan sebesar 0,4% menjadi 3,7130.
Sementara, peso Filipina menguat 0,2% menjadi 48,930 terhadap dolar. Sedangkan baht Thailand menguat 0,1% menjadi 36,19. Sedangkan dolar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 35,10. Kondisi serupa juga dialami dolar Singapura yang menguat 0,3% menjadi S$ 1,5503 dan rupiah Indonesia menguat 0,5% menjadi 12.020.