Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SYDNEY. Kabar baik datang dari Australia. Tingkat investasi bisnis warga Australia meningkat dua kali lipat pada kuartal II. Penyebabnya, banyak perusahaan pertambangan yang membeli mesin-mesin dan peralatan lain untuk meningkatkan kapasitas produksi karena tingginya permintaan dari China.
Hal tersebut diperkuat oleh data yang dirilis Biro Statistik Australia. Dari data itu, diketahui, pengeluaran untuk modal kerja (capital spending) di Negeri Kanguru itu mengalami kenaikan 5,7% dibanding kuartal I. Pada waktu itu, penggunaan modal kerja mengalami kenaikan sebesar 1%. Nah, menurut 23 ekonom yang disurvei Bloomberg, pada kuartal II lalu bakal terjadi kenaikan 2% untuk capital spending.
Selain itu, pada kuartal yang sama, investasi perusahaan pada pabrik baru dan pembelian peralatan mengalami kenaikan sebesar 8%. Sebaliknya, pengeluaran untuk pembangunan gedung dan konstruksi turun 0,5%.
Adanya peningkatan itu, secara otomatis juga mengerek nilai investasi Australia. Diprediksikan, investasi perusahaan pada tahun keuangan yang berakhir 30 Juni 2009, bakal mencapai A$ 99,8 miliar atau US$ 86 miliar. Angka tersebut lebih tinggi 14,5% dari perkiraan yang dibuat pada kuartal I.
Meski demikian, adanya pengeluaran untuk modal tersebut diperkirakan akan terus menurun setelah tingkat kepercayaan bisnis pada Juli lalu berada di level terendah sejak 2001 silam. Hal itu yang kemudian menyebabkan adanya guncangan pada pasar modal dan melambatnya pertumbuhan penjualan di sektor retail.
Namun yang paling penting, peningkatan investasi tersebut turut membantu menyeimbangkan rendahnya daya beli masyarakat. Besar kemungkinan, bank sentral Australia akan memangkas tingkat suku bunga pinjaman pada minggu depan yang merupakan kali pertama dilakukan dalam tujuh tahun terakhir.
Sementara itu, bank sentral Australia pada laporan pertemuan 5 Agustus yang baru dirilis minggu lalu menyatakan bahwa pihaknya dalam waktu dekat memang berencana memangkas tingkat suku bunganya. Hal itu perlu dilakukan untuk menghindari perlambatan perekonomian yang lebih parah lagi.
Catatan saja, bank sentral pun meramalkan pendapatan dari ekspor tahun ini, akan meningkat sebesar 20%. Hal tersebut disebabkan permintaan perusahaan pertambangan untuk menaikkan harga biji besi sebesar 97% yang akan dikirimkan ke China.