Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Iran memperkuat sistem keamanan di sekitar dua kompleks terowongan bawah tanah yang terhubung dengan fasilitas nuklir utamanya di Natanz, menurut laporan dari Institut Sains dan Keamanan Internasional yang dirilis Rabu.
Laporan ini muncul menjelang putaran ketiga pembicaraan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) terkait pembatasan program pengayaan uranium Teheran.
Laporan tersebut, yang berdasarkan citra satelit komersial terbaru, mengungkap bahwa kompleks tersebut dibangun di bawah Gunung Kolang Gaz La.
Baca Juga: Iran Pamerkan Kekuatan Teknologi Baru di Kota Produksi Rudal Bawah Tanah
Citra satelit yang diambil pada 29 Maret menunjukkan pintu masuk yang diperkeras, panel dinding tinggi di sepanjang jalan beraspal di puncak gunung, serta penggalian tambahan untuk pemasangan panel baru. Sisi utara kompleks juga terhubung dengan sistem keamanan pabrik Natanz.
Presiden Institut, David Albright, menyatakan bahwa pembangunan kompleks tersebut telah berlangsung selama beberapa tahun dan tampaknya segera akan beroperasi. Ia menambahkan bahwa lokasi ini dibangun jauh lebih dalam dibandingkan fasilitas nuklir Fordow di dekat Qom.
Akses ke kompleks bawah tanah tersebut saat ini ditutup bagi para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang selama ini memantau program nuklir Iran.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa fasilitas tersebut bisa digunakan untuk menyimpan uranium yang sangat diperkaya atau bahan nuklir yang tidak diumumkan, termasuk sentrifus canggih untuk memurnikan uranium dengan cepat hingga tingkat senjata.
Direktur Jenderal IAEA Raphael Grossi menyatakan dalam kunjungan ke Washington bahwa potensi penggunaan terowongan oleh Iran tidak dapat dikesampingkan, dan pihaknya telah berulang kali membahas masalah ini dengan Teheran.
Baca Juga: Menakar Potensi Ekonomi Bawah Tanah dan Tantangannya
Namun, Iran menolak kewajiban hukum untuk melaporkan pembangunan fasilitas sebelum adanya bahan radioaktif, dengan menyatakan bahwa hal tersebut bukan urusan IAEA.
“Jelas bahwa ini adalah lokasi dengan banyak kegiatan penting terkait program nuklir Iran,” kata Grossi. “Prosesnya seperti pingpong – kita protes, mereka terus membangun.”
Di sisi lain, Iran menyatakan bahwa sentrifus canggih akan dipasang di kompleks baru tersebut sebagai pengganti fasilitas yang rusak akibat sabotase di Natanz pada tahun 2020.
Kepala energi nuklir Iran, Mohammad Eslami, mengindikasikan bahwa penguatan keamanan di kompleks ini merupakan bagian dari upaya untuk melindungi fasilitas nuklir dari potensi ancaman.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menanggapi laporan ini lewat media sosial dengan menyebut bahwa Israel dan kelompok berkepentingan tertentu tengah berupaya menggagalkan jalannya diplomasi.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Fokus Garap Tambang Bawah Tanah
Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 dan mengancam akan menyerang Iran jika kesepakatan baru tidak segera tercapai.
Iran pun menolak tuntutan agar program nuklirnya dibongkar sepenuhnya, dengan menegaskan bahwa mereka berhak atas teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Israel, yang menuduh Iran sedang berupaya membangun senjata nuklir meski dibantah Teheran, belum mengesampingkan kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam beberapa bulan ke depan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus menghasilkan penghentian total program nuklir Iran.