Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Militer Israel kembali menyerang Gaza pada Senin (23/10) pagi. Serangan ini dilakukan setelah unit militer lainnya membombardir Lebanon selatan pada Minggu (22/10) malam.
Mengutip Reuters, media Palestina melaporkan bahwa militer Israel memfokuskan serangannya di tengah dan utara Jalur Gaza. Salah satu serangan mengenai sebuah rumah dekat kamp pengungsi Jabalia, di Gaza utara, menewaskan beberapa warga Palestina.
Dengan tambahan itu, otoritas kesehatan Gaza mencatat setidaknya 4.600 orang tewas dalam pemboman Israel selama dua minggu. Di kubu Israel, ada 1.400 orang tewas.
Baca Juga: Intelijen AS Mengklaim Israel Bukan Pelaku Serangan Terhadap Rumah Sakit di Gaza
Saat ini Israel telah mengumpulkan tank dan pasukan di dekat pagar perbatasan di sekitar Gaza, memperkuat dugaan adanya invasi darat yang bertujuan untuk memusnahkan Hamas.
Di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon, kelompok Hizbullah yang didukung Iran juga bentrok dengan pasukan Israel. Pertempuran kali ini tercatat menjadi konflik perbatasan yang paling mematikan sejak perang Israel-Hizbullah pada tahun 2006.
Pada Senin pagi, pesawat Israel menyerang dua titik kumpul Hizbullah di Lebanon yang berencana meluncurkan rudal anti-tank dan roket ke arah Israel. Mereka juga mengatakan telah menyerang sasaran lain seperti kompleks militer dan pos pengamatan.
Tanpa memberikan detail yang jelas, Hizbullah melaporkan bahwa satu pejuang mereka tewas dalam serangan Israel tersebut.
Baca Juga: Apa Itu Hamas? Simak Sejarah, Tujuan, Serta Sumber Dananya
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, pada Minggu malam berdialog melalui telepon untuk membahas cara menghentikan kebrutalan Israel.
Kepada Reuters, pejabat keamanan Iran mengatakan bahwa strategi Iran adalah agar proksi Timur Tengah seperti Hizbullah melakukan serangan terbatas terhadap sasaran-sasaran Israel dan AS.
Di saat yang sama, Iran tetap menghindari eskalasi besar yang akan menyeret mereka sendiri ke dalam konflik baru. Iran khawatir hadirnya konflik baru akan dimanfaatkan ISIS untuk bergerak lebih bebas.