Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - RAFAH. Israel meminta warga sipil untuk mengevakuasi sebagian Rafah pada Senin (6 Mei) dalam apa yang tampaknya merupakan persiapan untuk serangan yang telah lama mengancam pertahanan Hamas di kota selatan Jalur Gaza, di mana lebih satu juta warga Palestina yang menjadi pengungsi perang berlindung.
Sekitar 100.000 orang dievakuasi, kata juru bicara militer.
Diinstruksikan melalui pesan teks berbahasa Arab, panggilan telepon, dan selebaran untuk pindah ke tempat yang disebut militer Israel sebagai “zona kemanusiaan yang diperluas” yang berjarak 20 km, beberapa keluarga Palestina berjalan tertatih-tatih di bawah hujan yang sedikit dingin, kata para saksi mata.
Militer Israel mengatakan pihaknya mulai mendorong penduduk Rafah untuk mengungsi dalam operasi “ruang lingkup terbatas”. Pernyataan tersebut tidak memberikan alasan spesifik, juga tidak menyebutkan apakah akan ada tindakan ofensif yang akan terjadi.
Baca Juga: Israel dan Hamas Temui Jalan Buntu Soal Gencatan Senjata di Gaza
Tujuh bulan setelah perang melawan Hamas, Israel mengancam akan melancarkan serangan di Rafah, yang menurut Israel menampung ribuan pejuang Hamas dan kemungkinan puluhan sandera.
Kemenangan tidak mungkin terjadi tanpa merebut Rafah, katanya.
Prospek terjadinya operasi yang memakan banyak korban jiwa ini mengkhawatirkan negara-negara Barat dan negara tetangganya, Mesir, yang sedang berusaha memediasi babak baru perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang memungkinkan kelompok militan Palestina membebaskan beberapa sandera.
Rencana Rafah telah membuka keretakan publik antara Israel dan Washington.Berbicara kepada rekannya dari Amerika, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengaitkan operasi hari Senin dengan kebuntuan diplomasi tidak langsung, yang ia salahkan pada Hamas.