Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengutip Reuters, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Rabu bahwa setidaknya 18.608 orang telah tewas dan 50.594 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Ribuan lainnya dikhawatirkan hilang di reruntuhan atau di luar jangkauan ambulans.
Pesawat-pesawat tempur kembali mengebom sepanjang Gaza dan para pejabat mengatakan datangnya hujan musim dingin memperburuk kondisi ratusan ribu orang yang tidur di tenda-tenda darurat. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal.
Sejak gencatan senjata selama seminggu gagal pada awal Desember, pasukan Israel telah memperluas serangan darat mereka dari Jalur Gaza utara ke selatan dengan menyerbu kota utama Khan Younis di selatan.
Sementara itu, pertempuran semakin meningkat di tengah reruntuhan wilayah utara, tempat Israel sebelumnya mengatakan sebagian besar tujuan militernya telah tercapai.
Di selatan, pasukan Israel yang menyerbu Khan Younis semakin bergerak maju dalam beberapa hari terakhir ke pusat kota.
Rumah sakit di wilayah utara sebagian besar sudah berhenti berfungsi sama sekali. Di selatan, rumah sakit kebanjiran oleh pasien terluka dan orang yang meninggal dunia sepanjang siang dan malam.
Baca Juga: Joe Biden: Jangan Sampai Vladimir Putin Menang di Ukraina
Voting PBB
Pemungutan suara Majelis Umum PBB yang menuntut gencatan senjata tidak memiliki kekuatan hukum. Namun ini merupakan tanda terkuat dari terkikisnya dukungan internasional terhadap tindakan Israel.
Tiga perempat dari 193 negara anggota memberikan suara mendukung dan hanya delapan negara yang bergabung dengan Amerika Serikat dan Israel dalam memberikan suara yang menentang gencatan senjata.
Sebelum pemungutan suara, Biden mengatakan Israel masih mendapat dukungan dari “sebagian besar dunia” untuk perjuangannya melawan Hamas.
“Tetapi mereka mulai kehilangan dukungan karena pemboman tanpa pandang bulu yang terjadi,” katanya.
Baca Juga: Israel Bakal Membanjiri Terowongan di Gaza dengan Air Laut
Dalam tanda perpecahan yang paling terlihat antara para pemimpin AS dan Israel sejauh ini, Biden mengatakan Netanyahu perlu mengubah pemerintahan garis kerasnya, dan bahwa pada akhirnya Israel tidak bisa mengatakan tidak terhadap negara Palestina yang merdeka, yang ditentang oleh anggota kabinet sayap kanan Israel.