Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. JPMorgan, Wells Fargo, dan Morgan Stanley melaporkan kinerja kuartal pertama 2025 yang melampaui ekspektasi.
Namun, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menilai stabilitas geopolitik dan persatuan ekonomi Barat lebih penting daripada fluktuasi jangka pendek ekonomi AS.
Dalam pernyataan tertulis pada Jumat (11/4), Dimon memperingatkan prospek ekonomi AS yang menghadapi turbulensi cukup besar, termasuk faktor geopolitik, dengan kemungkinan dampak positif dari reformasi pajak dan deregulasi, serta risiko dari tarif, perang dagang, inflasi berkelanjutan, defisit fiskal tinggi, dan volatilitas harga aset.
“Kami berharap yang terbaik tetapi mempersiapkan perusahaan untuk berbagai skenario,” tulisnya seperti dikutip dari Fortune, Sabtu (12/4).
Baca Juga: CEO JPMorgan Jamie Dimon Masih Skeptis terhadap Bitcoin, Sebut BTC Tak Memiliki Nilai
Saat panggilan dengan analis pada hari yang sama, Dimon bersikap lebih tegas. Ia menyatakan hampir tidak peduli terhadap kinerja ekonomi AS dalam dua kuartal ke depan karena negara tersebut telah beberapa kali menghadapi resesi.
“Yang paling penting adalah dunia Barat tetap bersatu secara ekonomi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa “kita harus melalui semua ini secara militer untuk menjaga dunia tetap aman dan bebas bagi demokrasi.”
Komentar Dimon muncul di tengah peningkatan tarif impor AS oleh China menjadi 125% dari sebelumnya 84%, balasan atas tarif Pemerintah AS terhadap produk China yang kini mencapai 145%. Dimon menyebut China sebagai masalah utama, meskipun ia mengaku belum dapat memperkirakan hasil akhirnya.
Kinerja Keuangan JPMorgan
JPMorgan membukukan pendapatan kuartal I-2025 sebesar US$ 45,3 miliar, naik dari US$ 41,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bersih mencapai US$ 14,6 miliar atau US$ 5,07 per saham terdilusi, dibandingkan US$ 13,4 miliar atau US$ 4,44 per saham pada kuartal I-2024. Total aset JPMorgan tercatat US$ 4,4 triliun per 31 Maret 2025.
Baca Juga: CEO JPMorgan Peringatkan Perang Dunia III Mungkin Telah Dimulai
“Ini adalah kuartal yang sangat solid untuk JPM, termasuk pembangunan cadangan sebesar US$ 0,27,” ujar David Konrad, analis riset ekuitas di KBW.
Meski saham JPMorgan sempat turun sekitar 7% sejak 2 April, pada Jumat sore sahamnya naik 4% menjadi US$ 236,31.
Dimon mengungkapkan bahwa kekhawatiran terhadap ekonomi dan kebijakan tarif telah membuat banyak proses IPO tertunda dan sejumlah transaksi M&A (merger dan akuisisi) terhenti.
Ia menyebut bahwa beberapa volatilitas yang ada sudah berlangsung sejak sebelum masa pemerintahan saat ini.
Ia menegaskan pentingnya menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan mitra dagang sesegera mungkin, dan memberikan dukungan kepada Menteri Keuangan Scott Bessent serta timnya untuk mencapai resolusi yang menguntungkan.
Baca Juga: Bos JPMorgan Peringatkan Perang Dunia III Mungkin Telah Dimulai
Selain JPMorgan, Morgan Stanley mencatat laba bersih kuartal I sebesar US$ 4,3 miliar atau US$ 2,60 per saham terdilusi, naik dari US$ 3,4 miliar atau US$ 2,02 per saham tahun lalu. Pendapatan naik sekitar 15% menjadi US$ 17,7 miliar. Saham Morgan Stanley naik hampir 2% menjadi US$ 108,48.
Sementara itu, Wells Fargo mencatat laba bersih sebesar US$ 4,9 miliar atau US$ 1,39 per saham terdilusi, dibandingkan US$ 4,6 miliar atau US$ 1,20 per saham pada periode sama tahun sebelumnya. Namun, total pendapatan turun 3,5% menjadi $20,1 miliar, dan pendapatan bunga bersih turun 6% menjadi US$ 11,5 miliar. Saham Wells Fargo tercatat turun 56 sen menjadi US$ 62,50.
CEO Wells Fargo, Charlie Scharf, menyatakan bahwa pihaknya memperkirakan “volatilitas dan ketidakpastian yang berkelanjutan” dan bersiap menghadapi perlambatan ekonomi pada 2025.
Baca Juga: Tembakau Lombok Jadi Pilar Ekonomi Daerah dengan Potensi dan Tantangan
“Kami mendukung keinginan pemerintah untuk mempertimbangkan hambatan perdagangan yang adil bagi Amerika Serikat, meskipun tentu saja ada risiko yang terkait dengan tindakan signifikan tersebut,” ujar Scharf. “Resolusi tepat waktu yang menguntungkan AS akan baik untuk bisnis, konsumen, dan pasar.”