Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan ekonomi global semakin meningkat setelah JPMorgan Chase menaikkan prediksi risiko terjadinya resesi global menjadi 60% tahun ini. Laporan ini muncul sebagai respons atas kebijakan perdagangan agresif Amerika Serikat, yang menurut JPMorgan bersifat “disruptif” dan berpotensi memicu perang dagang global berskala besar.
Dalam sebuah catatan internal yang dikutip oleh Reuters, JPMorgan menyebutkan bahwa:
“Kebijakan AS yang bersifat disruptif telah diakui sebagai risiko terbesar bagi prospek global sepanjang tahun ini. Efek dari kebijakan ini kemungkinan akan diperparah oleh pembalasan tarif, penurunan sentimen bisnis AS, dan gangguan rantai pasok global.”
Tarif Trump Picu Efek Domino: Perang Dagang, Inflasi, dan Gangguan Rantai Pasok
Mengutip dailyhodl, peningkatan risiko resesi ini muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 10% terhadap semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat.
Baca Juga: Inilah Daftar Lengkap Tarif Baru Trump yang Dikenakan pada Berbagai Negara
Selain itu, ia juga mengumumkan kebijakan “tarif resiprokal” terhadap puluhan negara, termasuk tarif sebesar 54% untuk barang-barang dari China, efektif mulai 9 April.
Kebijakan ini secara langsung memicu kekhawatiran pasar global dan memicu potensi pembalasan dari negara-negara mitra dagang, seperti China dan Uni Eropa. Dampaknya bisa meluas ke:
-
Penurunan kepercayaan pelaku usaha
-
Kenaikan harga barang konsumsi
-
Gangguan rantai pasok manufaktur global
-
Lonjakan inflasi secara global
The Fed Diperkirakan Pangkas Suku Bunga, Tapi Tidak Cukup Meredam Dampak
JPMorgan mencatat bahwa pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve kemungkinan akan mengurangi sebagian tekanan dari kebijakan tarif. Namun, langkah moneter ini dianggap tidak cukup untuk sepenuhnya menahan gelombang dampak dari perang dagang global yang sedang berlangsung.
Kebijakan fiskal dan moneter kini berada dalam jalur yang saling bertolak belakang. Di saat The Fed mencoba menstabilkan pasar melalui stimulus suku bunga, kebijakan tarif Trump justru menciptakan ketidakpastian tambahan, menambah tekanan pada pertumbuhan global.
Baca Juga: Daftar Barang yang Bakal Menguras Dompet Rakyat Amerika Akibat Kebijakan Tarif Trump
Institusi Keuangan Global Lain Juga Ikut Suarakan Peringatan
Tak hanya JPMorgan, lembaga keuangan besar lain juga mulai menyuarakan kekhawatiran yang sama. Goldman Sachs menaikkan proyeksi kemungkinan resesi AS dalam 12 bulan ke depan menjadi 35%, naik dari prediksi sebelumnya sebesar 20%. Lembaga ini juga memperkirakan bahwa:
Inflasi inti (tanpa makanan dan energi) akan mencapai 3,5% tahun ini, jauh di atas target The Fed sebesar 2%.
Sementara itu, HSBC melalui indikator probabilitas resesi yang berbasis pasar saham memperkirakan bahwa:
Pasar saham telah memproyeksikan kemungkinan resesi sebesar 40% hingga akhir tahun ini.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun belum terjadi kontraksi secara teknis, pasar keuangan global mulai mencerminkan kekhawatiran serius terhadap kemungkinan resesi yang dipicu oleh kebijakan ekonomi dan dagang AS.