Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
“Orang tua saya tidak diizinkan pergi ke bandara bersama saya, jadi mereka menurunkan saya,” ujar Mike Bezos mengisahkan perjalanannya. "Saya naik pesawat dan mendarat di Miami 45 menit kemudian," sambungnya.
My dad’s journey to the U.S. shows how people come together to help each other. We got a chance to celebrate him last night for the opening of the Statue of Liberty’s new museum. This is his story. https://t.co/VdOtlPY953 pic.twitter.com/E4C1KPho2u — Jeff Bezos (@JeffBezos) May 16, 2019
Mike Bezos mengatakan, dia hanya bisa membawa bersamanya tiga pasang celana, tiga kemeja, tiga pasang pakaian dalam dan satu pasang sepatu. Lalu ada mantelnya.
Baca Juga: Rahasia Bos Amazon Jeff Bezos selalu jadi pemenang dalam bisnis
“Ibunya membayangkan Amerika pasti sangat dingin. Jadi dia membuatnya menjadi sesuatu yang istimewa untuk perjalanannya, yang masih kita miliki," sambung Jeff Bezos dalam video.
"Dari kain lap dan bahan rajutan itu, dia membuat dengan bantuan saudara perempuan saya, dia membuat mantel," kata Mike. "Dalam benaknya, aku membutuhkan mantel tebal."
Ayah Bezos pertama kali tinggal di Camp Matecumbe, sebuah kamp pengungsi di Florida, selama tiga minggu. Dia kemudian dikirim ke Wilmington, Delaware untuk menempuh sekolah menengah, di mana dia mendapat beasiswa untuk kuliah di Albuquerque.
“Saya hanya memiliki sedikit pengetahuan pada waktu itu di mana Albuquerque berada,” kata Mike. Di situlah dia bertemu Gise dan putranya Jeff.
Baca Juga: Jeff Bezos sukses berkat 2 pelajaran hidup berharga ini dari kakeknya
“Ini benar-benar luar biasa. Saya melihat kembali ke kehidupan saya dan saya telah menjalani Impian Amerika 30 tahun yang lalu, ”kata Mike Bezos. "Ini benar-benar keluar dari dunia saya sebelumnya."