Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang dalam laporan tahunannya menyatakan khawatir atas meningkatnya ketegangan militer di sekitar Taiwan yang dipicu persaingan ekonomi dan teknologi antara China dan Amerika Serikat (AS).
Hal ini dinilai dapat menimbulkan krisis di kawasan ketika keseimbangan kekuatan bergeser menguntungkan China. Berdasarkan tinjauan pertahanan Jepang, yang disetujui Perdana Menteri Yoshihide Suga pada hari Selasa menunjuk ke China sebagai masalah utama keamanan nasional Jepang.
"Penting bagi kita untuk memperhatikan situasi dengan rasa krisis lebih dari sebelumnya," kata laporan itu di bagian baru tentang Taiwan seperti dilansir Reuters, Selasa (13/7).
"Secara khusus, persaingan di bidang teknologi kemungkinan akan menjadi lebih intens," lanjut laporan itu tentang persaingan AS-China.
Baca Juga: Perekonomian China membaik ditandai ekspor-impor yang menguat
Peningkatan aktivitas militer China baru-baru ini di sekitar Taiwan membuat Jepang khawatir karena pulau itu terletak dekat dengan rantai Okinawa di ujung barat kepulauan Jepang.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengucapkan terima kasih kepada Jepang karena menganggap pentingnya keamanan di Selat Taiwan.
Tetapi ada reaksi marah di Beijing yang mengatakan Jepang telah membuat tuduhan tak berdasar tentang pembangunan pertahanan dan kegiatan militer China yang normal.
"Ini sangat salah dan tidak bertanggung jawab. China menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan tegas terhadap ini," kata juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian.
Presiden China Xi Jinping bulan ini berjanji untuk menyelesaikan "penyatuan kembali" dengan Taiwan dan pada bulan Juni mengkritik Amerika Serikat sebagai "pencipta risiko" setelah mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan yang memisahkan pulau itu dari daratan.
Baca Juga: Jepang akan kirim lagi vaksin Covid-19 ke Taiwan minggu ini
Wakil perdana menteri dan menteri keuangan Jepang, Taro Aso, bulan ini dalam pidato yang dilaporkan oleh media Jepang mengatakan Jepang harus bergabung dengan Amerika Serikat untuk mempertahankan Taiwan dari invasi apapun. Aso kemudian mengatakan segala kemungkinan atas Taiwan harus diselesaikan melalui dialog.
Ketika persaingan militer antara Amerika Serikat dan China semakin dalam, persaingan ekonomi mereka memicu perlombaan untuk memimpin dalam teknologi seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum.
Persaingan teknologi menimbulkan tantangan bagi Jepang karena ekonominya sangat bergantung pada hubungan bisnis dengan China seperti halnya dengan Amerika Serikat.
Jepang juga harus mengeluarkan banyak uang untuk mengimbangi pendanaan pemerintah untuk pengembangan teknologi di Amerika Serikat, Cina, dan Eropa.