Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang masih akan menggelontorkan stimulus di tengah penarikan stimulus negara-negara lain. Jepang akan susun paket stimulus baru senilai US$ 490 miliar untuk mengejar ketertinggalan perbaikan ekonomi akibat covid.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan akan menyusun paket stimulus baru senilai ? 56 triliun atau setara US$ 490 miliar, mengutip Reuters pada Jumat (19/11). Anggaran tambahan itu akan digunakan untuk mendanai stimulus bantuan yang diperlukan kepada publik dengan cepat..
Langkah pemerintah Jepang ini berlawanan dengan tren global menuju penarikan langkah-langkah stimulus mode krisis. Sebab menambah tekanan pada keuangannya yang terus membengkak.
Pengeluaran membengkak ini juga dikritik sebab mengalir untuk pos yang tidak terkait dengan pandemi. Misalnya, pemberian uang tunai kepada rumah tangga dengan pemuda berusia 18 tahun ke bawah. “Stimulus lanjutan ini, kemungkinan akan mengarah pada penerbitan obligasi tambahan tahun ini, kata para analis.
Baca Juga: Turis dari 40 negara akan diperbolehkan masuk ke Filipina, termasuk Indonesia
Imbal hasil obligasi dari sumber pendanaan paket stimulus baru ini akan memecahkan rekor pengeluaran sekitar 55,7 triliun yen atau setara dengan US$ 488 miliar. Nilai ini jauh lebih besar dari perkiraan pasar yang berada direntang 30 triliun yen hingga 40 triliun yen.
Pengeluaran besar-besaran ini akan menggarisbawahi tekad Perdana Menteri Fumio Kishida yang pernah dianggap mendukung pengekangan fiskal. Namun ini harus dilakukan guna memperbaiki ekonomi dan mendistribusikan kembali belanja ke rumah tangga.
"Kishida telah dikenal di masa lalu karena agak hawkish, ia tampaknya akan melanjutkan paradigma Abenomics selama beberapa tahun lagi," ujar James Brady, seorang analis di Teneo.
Sejumlah bank sentral global mulai menarik stimulus darurat mereka. The Fed akan memperlambat program pembelian aset sekuritas Amerika Serikat lantaran telah terjadi percepatan inflasi. Bank sentral Norwegia, Brasil, Meksiko, Korsel dan Selandia Baru telah mulai menaikkan suku bunga acuan.
Baca Juga: Soroti pengadaan kapal selam nuklir, China sebut Australia bukan pembela perdamaian
Ketua Fed Jerome Powell pada bulan lalu, mengatakan bank sentral AS dapat mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan segera setelah November. Namun kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan pada tahun depan sembari memantau tingkat inflasi di Negeri Paman Sam itu.
Namun kebijakan bank sentral itu dapat dipengaruhi oleh pergantian gubernur bank. Lantaran kepemimpinan Powell akan segera habis.Presiden Joe Biden memiliki kesempatan untuk memilih calon lain pada musim gugur AS.