Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Di Jerman, jumlah orang yang tidak bisa hidup layak hanya dengan mengandalkan penghasilan mereka juga meningkat. Ini juga dialami mereka yang punya pekerjaan penuh waktu, bahkan dengan kenaikan upah minimum baru-baru ini.
Dengan bayaran upah minimum 12 euro (sekitar Rp 175,000) per jam, satu orang tanpa anak yang bekerja 40 jam seminggu akan menerima penghasilan bersih sekitar 1.480 euro (Rp 22,16 juta) per bulan.
Secara teori, jumlah ini sudah lebih tinggi dari batas garis kemiskinan, tapi inflasi memakan habis kelebihannya. Para pelajar juga sangat terpengaruh oleh situasi ini, terutama mereka yang menerima dana bantuan federal.
Siswa-siswa ini menerima "beasiswa" maksimum 934 euro (Rp 13,98 juta) sebulan, termasuk uang untuk perumahan dan asuransi kesehatan.
Bila merujuk angka definisi kemiskinan di atas, para siswa ini berada jauh di bawah garis kemiskinan.
Pemerintah Jerman berencana untuk menggelontoran anggaran senilai 200 miliar euro (Rp 2,99 kuadriliun) untuk meredam dampak harga energi yang melambung tinggi.
Namun, volume anggaran bantuan ini dinilai jauh dari cukup untuk membayar semua biaya tambahan, dan para ekonom percaya bahwa inflasi akan tetap tinggi.
Kehidupan di Jerman akan tetap mahal di masa mendatang. Ini terutama akan sangat dirasakan terutama oleh mereka yang tidak memiliki pondasi finansial yang kuat dan hanya sedikit tabungan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jerman Negara Kaya, Apa Indikator Orang Miskin di Sana?"
Editor : Aditya Jaya Iswara