Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Jumat (22/8) mengumumkan kerangka operasional terbaru bank sentral Amerika Serikat.
Perubahan ini mencerminkan kondisi ekonomi global yang telah banyak berubah dalam lima tahun terakhir, termasuk kembalinya tekanan inflasi yang lebih tinggi serta menurunnya prospek suku bunga jangka pendek mendekati nol.
Latar Belakang Perubahan Kerangka The Fed
Dalam pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Wyoming, Powell menegaskan bahwa kerangka baru ini tetap memiliki kesinambungan dengan kebijakan sebelumnya. Namun, ia menekankan bahwa kebijakan moneter harus tetap bersifat forward-looking (memandang ke depan) dan memperhitungkan jeda waktu dampak kebijakan terhadap perekonomian.
Baca Juga: Jerome Powell Isyaratkan The Fed Pangkas Suku Bunga pada September 2025
“Kami terus percaya bahwa kebijakan moneter harus mempertimbangkan risiko terhadap mandat ganda The Fed—pekerjaan dan inflasi. Menetapkan angka pasti untuk tujuan seperti tingkat pekerjaan ideal adalah hal yang tidak bijak,” ujar Powell.
Perubahan Utama dalam Kerangka Baru
Kerangka baru The Fed meninggalkan strategi yang sebelumnya menyesuaikan diri dengan lingkungan suku bunga sangat rendah dan inflasi yang cenderung lemah.
-
Penghapusan Strategi “Makeup”
Powell menegaskan bahwa The Fed tidak lagi menggunakan strategi “makeup” yang diperkenalkan pada 2020. Strategi tersebut memungkinkan inflasi untuk sementara melebihi target 2% guna menutup kekurangan di masa lalu. -
Kembali ke Flexible Inflation Targeting
Kini, The Fed kembali ke kerangka penargetan inflasi fleksibel. Fokusnya adalah memastikan ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terkendali, yang menurut Powell penting untuk menjaga keseimbangan mandat ganda The Fed. -
Komitmen pada Respons Kuat
Powell menekankan komitmen The Fed untuk bertindak tegas dalam menjaga stabilitas harga demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Pidato Powell: The Fed Buka Peluang Penurunan Bunga tapi Tidak Berkomitmen
Dampak Pandemi dan Perubahan Lanskap Ekonomi
Kerangka tahun 2020 disusun saat Amerika Serikat menghadapi inflasi rendah dan suku bunga yang sangat rendah. Namun, pandemi COVID-19 yang melanda pada awal 2020 mengubah segalanya. Stimulus besar-besaran dari pemerintah dan The Fed justru memicu salah satu lonjakan inflasi tertinggi dalam beberapa dekade.
Inflasi yang mulai memanas sejak 2021 memaksa The Fed melakukan serangkaian kenaikan suku bunga agresif. Kini, inflasi sudah mereda, dan suku bunga acuan The Fed berada pada kisaran 4,25%–4,50%. Sejumlah investor memperkirakan The Fed dapat memangkas suku bunga pada September mendatang, meski ancaman inflasi baru akibat tarif impor masih membayangi.
Banyak analis menilai, kecil kemungkinan The Fed akan kembali ke era suku bunga ultra-rendah seperti sebelum pandemi. Alasannya, perubahan struktural ekonomi, ditambah peningkatan tajam dalam utang pemerintah, diperkirakan akan mendorong kenaikan tingkat suku bunga jangka panjang.