Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Namun, dalam wawancara CBS, Biden mengatakan dia memandang hubungan AS dengan China sebagai salah satu "persaingan ekstrim".
Meskipun laporan tersebut menurunkan risiko konflik di Laut China Selatan, namun para ahli masih memperingatkan bahwa dampak konflik akan tinggi.
Risiko lain yang disorot oleh laporan itu termasuk pengembangan lebih lanjut senjata nuklir atau pengujian rudal balistik Korea Utara, yang memicu ketegangan militer yang meningkat di Semenanjung Korea.
Risiko tingkat satu yang lebih rinci juga termasuk peningkatan kekerasan dan ketidakstabilan politik di Afghanistan, konfrontasi bersenjata antara Iran dan Amerika Serikat dan serangan dunia maya yang sangat mengganggu pada infrastruktur penting AS.
Baca Juga: Xi Jinping picu kepanikan dari Tokyo hingga Washington, ada apa?
Itu terjadi setelah kapal perang Angkatan Laut AS berlayar di pulau-pulau yang diklaim oleh China di Laut China Selatan minggu ini.
Kapal perusak berpeluru kendali USS Russell berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Spratly di bagian selatan jalur air 1,3 juta mil persegi, yang hampir semuanya diklaim oleh China sebagai wilayah kedaulatannya.
Letnan Joe Keiley, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Operasi kebebasan navigasi ("FONOP") ini menjunjung tinggi hak, kebebasan dan penggunaan yang sah atas laut yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada wilayah tidak bersalah yang diberlakukan oleh China, Vietnam dan Taiwan."