Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Johnson & Johnson mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya telah meminta regulator kesehatan Amerika Serikat untuk mengesahkan vaksin COVID-19 dosis tunggal untuk penggunaan darurat.
Vaksin J&J dapat membantu meningkatkan pasokan dan menyederhanakan kampanye imunisasi AS, di tengah kekhawatiran lonjakan baru karena varian virus corona Inggris yang lebih menular dan potensi kemanjuran vaksin yang lebih rendah terhadap varian yang pertama kali muncul di Afrika Selatan.
Tidak seperti dua vaksin dari Pfizer Inc / BioNTech SE dan Moderna Inc, J&J tidak memerlukan suntikan kedua atau harus dikirim dalam keadaan beku.
Regulator perlu waktu untuk menganalisis data dan komite penasihat perlu bertemu. Kepala ilmuwan perusahaan mengatakan bulan lalu J&J berada di jalur yang tepat untuk meluncurkan vaksin pada bulan Maret.
Baca Juga: WHO: Kabar gembira, jumlah kasus baru virus corona global menurun
Penerapan J&J meningkatkan harapan untuk memerangi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 451.145 orang Amerika dan lebih dari 2.271.152 di seluruh dunia.
Saham Johnson & Johnson, Moderna dan Pfizer sedikit berubah dalam perdagangan setelah jam kerja. AS memiliki perjanjian untuk membeli 100 juta dosis vaksin J&J seharga US$ 1 miliar, dan opsi untuk membeli 200 juta dosis tambahan.
Perusahaan mengatakan telah menyiapkan dosis untuk pengiriman setelah persetujuan darurat. Ini bertujuan untuk memberikan satu miliar dosis pada tahun 2021 dengan produksi di AS, Eropa, Afrika Selatan dan India.
Vaksin J & J menggunakan virus flu biasa yang dikenal sebagai adenovirus tipe 26 untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel tubuh dan memicu respons imun. Vaksin Pfizer / BioNTech dan Moderna menggunakan teknologi baru yang disebut messenger RNA (mRNA) yang mengharuskannya disimpan di freezer.