Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
J&J juga menjadi target investigasi kriminal federal tentang sejauh mana keselamatan produknya, investigasi oleh 41 negara bagian dalam penjualan bedak bayi, dan investigasi terhadap risiko kesehatan asbes di AS.
Raja Krishnamoorthi, yang memimpin penyelidikan Kongres, menggambarkan keputusan J&J untuk menghentikan penjualan bedak bayi sebagai "kemenangan besar bagi kesehatan masyarakat".
"Investigasi selama 14 bulan oleh Sub-komite saya mengungkapkan, Johnson & Johnson tahu selama puluhan tahun bahwa produknya mengandung asbes," katanya seperti dikutip Reuters.
Menanggapi bukti kontaminasi asbes yang disajikan dalam laporan media, di ruang pengadilan dan di Capitol Hill, J&J telah berulang kali mengatakan, produk bedaknya aman dan tidak menyebabkan kanker.
Baca Juga: Johnson & Johnson Indonesia pastikan produknya aman
Johnson & Johnson pada Selasa (19/5) mengatakan, telah menghentikan pengiriman bedak bayi ketika krisis Covid-19 menyebabkan pembatasan kegiatan belanja dan manufaktur, dan sekarang akan mengurangi penjualan di Amerika Utara.
"Permintaan untuk produk Johnson & Johnson yang berbasis bedak di Amerika Utara telah menurun, sebagian besar karena perubahan dalam kebiasaan konsumen dan dipicu oleh informasi yang salah seputar keamanan produk dan rentetan iklan litigasi yang konstan," sebut mereka.
"Kami akan terus mempertahankan produk, keamanannya, dan tuduhan tidak berdasar terhadapnya dan perusahaan di ruang sidang," kata J & J. "Semua putusan terhadap perusahaan yang telah melalui proses banding telah dibatalkan".
J&J menegaskan, akan terus menjual bedak bayi berbasis tepung jagung di Amerika Utara, dan akan melego produk berbasis bedak dan tepung jagung di pasar lain di seluruh dunia.