Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Sebagai mantan pengacara dan invesment banker di Wall Street, Joseph Tsai paham betul tentang arti diversifikasi bisnis. Kemampuan Joseph yang jeli melihat peluang bisnis membantu Jack Ma mengembangkan visi Alibaba dari sekadar perusahaan e-commerce tersohor. Selama lima tahun terakhir, Joe menjadi aktor di balik diversifikasi bisnis yang dilakukan Alibaba. Joe pelopor beragam akuisisi dan investasi Alibaba pada perusahaan di luar bisnis e-commerce.
Sebagai pendiri Alibaba Group, Jack Ma memang kental dengan pribadi yang memiliki kesan visioner dan cerdas. Tapi, visi cerdas Jack boleh jadi masih menggantung di awan-awan andai tidak bertemu Joseph Tsai. Ibarat film, Jack merupakan aktor utama dan sutradara Alibaba. Tapi, pelaksanaan masa depan produksi film ada di tangan Joseph yang mendapatkan peran sebagai eksekutif produser.
Berbekal ilmu sebagai pengacara dan investment banker di Wall Street, New York, Joe, panggilan akrab Joseph, membawa Alibaba menjadi perusahaan holding yang memiliki sederet lini bisnis. Insting bisnis Joe pula yang mengembangkan visi cerdas Jack yang berambisi membangun perusahaan e-commerce.
Berdiri sebagai lapak online sejak1999, mimpi besar Alibaba adalah menjadi perusahaan e-commerce nomor satu di dunia yang mampu melampaui nama besar e-Bay atau Amazon.com. Seiring berjalannya waktu, kiprah Alibaba terus membesar. Nama Alibaba diakui sebagai perusahaan e-commerce terbesar di dunia lewat perhelatan penawaran saham perdana (IPO) dengan nilai terbesar sepanjang sejarah.
Pada 22 September 2014, sebagai aktor di balik IPO Alibaba, Joe berhasil meyakinkan investor global untuk memborong saham Alibaba. Nilai IPO Alibaba menembus US$ 25 miliar, terbesar sepanjang sejarah bursa saham dunia.
Selesai membidani IPO, Joe juga berusaha melakukan terobosan dan inovasi baru untuk mengembangkan bisnis Alibaba. Sesuai latar belakangnya yang kental dengan dunia investasi di Wall Street, akuisisi menjadi pilihan Joe untuk mengantarkan Alibaba Group sebagai perusahaan induk yang memiliki diversifikasi bisnis.
Sebagai tangan kanan Jack sekaligus Vice Chairman Alibaba Group, Joe membantu Jack mengembangkan visi awal Alibaba dari sekadar berbisnis e-commerce. Dalam tempo lima tahun belakangan, Joe getol mengakuisisi sederet perusahaan startup.
Di kalangan kolega bisnisnya, Joe dikenal sebagai pebisnis yang jeli membaca peluang. Tapi, tidak sedikit yang mencibir bahwa akuisisi Alibaba Group terlalu agresif dan tanpa arah yang jelas.
Joe berbagi cerita dibalik rencana akuisisi yang dilakukan Alibaba selama beberapa tahun terakhir. Menurut dia, berinvestasi pada perusahaan baru semata-mata bagian dari kompetisi bisnis.
Joe menilai, yang paling penting adalah mempertahankan pelanggan dan menambah pelanggan sebagai harga mati untuk keberlangsungan bisnis. Caranya, menyodorkan layanan baru sehingga Alibaba mampu memberikan layanan komplit dan bisa menjawab segala kebutuhan.
Sebagai gambaran, Alibaba Group telah mengakuisisi tiga perusahaan sepanjang 2014. Pada Mei 2014, Alibaba mengakuisisi perusahaan mobile browser UCWeb. Sebulan setelahnya, Alibaba langsung merambah lini bisnis baru dengan cara menjual ponsel operator jaringan virtual (MVNO) layanan di China dengan merek Ali Telecom.
Kemudian, pada Juni 2014, Alibaba menguasai 60% saham film dan program televisi ChinaVision yang kemudian disulap menjadi entitas Alibaba Pictures. Tak tanggung-tanggung, Alibaba bahkan merangsek bisnis ritel.
Pada Maret tahun ini, Alibaba membenamkan investasi sebesar US$ 692 juta atau setara 9,9% saham di perusahaan jaringan ritel Intime Retail Group Co di China. Selanjutnya, Joe melengkapi portofolio bisnis Alibaba dengan membeli perusahaan pemetaan digital AutoNavi dan sosial media Weibo. Bagi Joe, e-commerce tidak lagi soal berbelanja, namun gaya hidup. n
(Bersambung)