Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama hanya mengalami kenaikan sebesar 11,1%. Hal ini terjadi setelah Pemerintah China sukses mengerem laju kredit, anggaran belanja investasi, dan membatasi gerak spekulasi di sektor properti. Sebagai perbandingan saja, pada periode Januari hingga Maret tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China mencapai 11,9%.
Data yang dikeluarkan oleh Biro Statistik China juga menyebutkan angka penurunan inflasi pada Juni menjadi 2,9%. Sedangkan pertumbuhan tingkat produksi industri ternyata lebih rendah dari prediksi yakni sebesar 13,7%.
“Semakin rendahnya tekanan inflasi dan data pertumbuhan ekonomi yang moderat membuat sulit keputusan untuk memperketat kucuran kredit,” papar Wang Qing, Ekonom Morgan Stanley di Hongkong.
Kendati begitu, saat ini, China masih menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat diantara negara dengan perekonomian terbesar dunia.
Adanya data tersebut menunjukkan perekonomian global masih dipayungi awan gelap. Apalagi, di kawasan Eropa, sejumlah Negara sudah memangkas anggaran belanjanya. Sementara, Amerika membatasi penambahan jumlah lapangan kerja bagi warganya.