Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BANDAR SRI BEGAWAN. Pemimpin militer Myanmar akhirnya menyetujui permintaan ASEAN untuk melakukan gencatan senjata sampai akhir tahun demi kelancaran distribusi bantuan kemanusiaan.
Dilansir Reuters dari Kyodo, utusan ASEAN untuk Myanmar Erywan Yusof, mengusulkan gencatan senjata dalam konferensi video pada hari Senin (6/9) dengan Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin, dan militer telah menerimanya.
"Ini bukan gencatan senjata politik. Ini adalah gencatan senjata untuk memastikan keselamatan. Mereka tidak memiliki perbedaan pendapat dengan apa yang saya katakan," kata Erywan.
Erywan menambahkan bahwa negara-negara ASEAN mitra dialog telah menjanjikan bantuan sebesar US$8 juta untuk Myanmar.
Baca Juga: Junta Myanmar diduga berupaya mempertahankan kekuasaan dan membubarkan Partai NLD
Untuk saat ini masih belum diumumkan kapan gencatan senjata akan berlaku, begitupula kapan bantuan kemanusiaan yang dijanjikan akan mulai didistribusikan.
Tidak hanya berbicara kepada pihak militer, Erywan juga melaporkan telah menyampaikan proposalnya secara tidak langsung kepada partai-partai yang menentang kekuasaan militer.
Gencatan senjata kali ini dianggap bisa menjadi titik terang menuju perdamaian, termasuk menuju pemilu ulang yang dijanjikan pihak militer.
Di sisi lain, aktivis pro-demokrasi Myanmar Thinzar ShunLei Yi mengatakan bahwa gencatan senjata justru akan memberi lebih banyak waktu bagi militer Myanmar untuk memperkuat persenjataannya.
Baca Juga: Myanmar cari bantuan internasional saat kasus COVID-19 di negara itu terus meningkat
Erywan mengatakan dia masih bernegosiasi dengan militer mengenai persyaratan kunjungan yang diharapkan bisa terjadi sebelum Oktober. Salah satu misinya adalah bertemu dengan pemimpin Myanmar sebelumnya, Aung San Suu Kyi.
Sebelum itu terjadi, Erywan akan memastikan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk dengan lancar tanpa ada gangguan keamanan sedikit pun.
"Yang kami fokuskan sekarang adalah agar semua pihak menghentikan kekerasan, terutama yang berkaitan dengan distribusi bantuan kemanusiaan," ungkapnya.
Sejak kudeta terjadi awal Februari lalu, ASEAN telah berusaha untuk mengakhiri kekerasan di mana ratusan orang tewas di Myanmar. Berbagai dialog telah dilakukan demi menemukan titik tengah.