Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - CONAKRY. Pasukan khusus Guinea pada hari Minggu (5/9) bergerak untuk menggulingkan pemerintahan. Mereka melaporkan telah menahan presiden dan membubarkan pemerintah beserta konstitusinya.
Dalam upaya kudeta ini, militer Guinea juga langsung menutup perbatasan darat dan udaranya untuk mencegah intervensi asing.
"Kami telah membubarkan pemerintah dan institusi. Kami akan menulis ulang konstitusi bersama," Mamady Doumbouya, kepala unit pasukan khusus Guinea melalui kanal televisi pemerintah, seperti dikutip Reuters.
Pada hari Minggu pagi, sejumlah tembakan meletus di dekat istana presiden di ibu kota, Conakry. Tak berapa lama, beredar video yang menunjukkan Presiden Alpha Conde telah dikelilingi oleh pasukan khusus.
Pihak militer mengatakan bahwa presiden kini dibawa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan dan diawasi oleh pasukan yang dikomandoi langsung oleh Doumbouya. Sejumlah pejabat senior lain juga ikut ditahan.
Baca Juga: Inggris Memberikan Sanksi Bagi Perusahaan Myanmar Karena Mendukung Junta Militer
Kudeta militer Guinea ini telah mendapat teguran langsung dari PBB. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia mengutuk keras engambilalihan pemerintah secara paksa dan menyerukan agar Presiden Conde dibebaskan sesegera mungkin.
Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengancam akan menjatuhkan sanksi atas upaya kudeta militer tersebut.
Organisasi regional Uni Afrika juga akan segera melalukan pertemuan untuk mencari langkah-langkah yang tepat menangani kekacauan di Guinea dan menyerukan kembalinya tatanan konstitusional.
Dipicu kemiskinan dan korupsi
Kepala unit pasukan khusus Guinea Mamady Doumbouya mengatakan bahwa kemiskinan dan korupsi endemik telah mendorong pasukannya untuk menggulingkan Presiden Conde dari jabatannya.
Conde memenangkan masa jabatan ketiga pada Oktober setelah mengubah konstitusi untuk memungkinkan dia menjabat kembali. Keputusan tersebut memicu protes keras dari oposisi.
Baca Juga: Varian baru virus corona kembali terlacak di Afrika Selatan