kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jutaan pengangguran di China tak bisa mengakses jaminan pengaman sosial


Senin, 13 April 2020 / 16:28 WIB
Jutaan pengangguran di China tak bisa mengakses jaminan pengaman sosial
ILUSTRASI. Seorang perempuan memakai masker pelindung keluar melewati penghalang yang dibangun untuk memblokir bangunan dari sebuah jalan di Wuhan, provinsi Hubei, pusat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di China, Minggu (29/3/2020). REUTERS/Aly Song


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

Pekerja yang terdaftar dalam sistem dapat menarik pembayaran bulanan hingga dua tahun jika mereka berkontribusi pada skema tersebut selama satu dekade. Panjang pembayaran berkurang dengan periode kontribusi yang lebih pendek.

Di Beijing, pekerja yang diberhentikan yang telah membayar asuransi pengangguran cukup lama bisa mendapatkan hingga 1.815 yuan ($ 257) per bulan tetapi jumlah itu kurang dari setengah upah rata-rata buruh migran pada tahun 2018 dan lebih rendah dari sewa bulanan rata-rata sekitar 2.500 yuan untuk kamar sederhana di ibukota Cina.

Baca Juga: Gara-gara pelancong, kasus corona di China melonjak

Jika mereka tidak dapat mengklaim asuransi pengangguran, orang-orang dengan pendapatan rumah tangga di bawah ambang batas minimum - mulai dari 1.160 yuan atau sekitar US$ 165 per bulan di Shanghai hingga 337 yuan di wilayah miskin seperti Ningxia, dapat mengajukan permohonan bantuan untuk menambah pendapatan mereka.

Kondisi ini membawa dampak lebih parah bagi sekitar 200 juta bagi buruh-buruh pabrik China yang berasal dari pedesaan. Mereka ini melakukan pekerjaan padat karya dengan upah yang sangat kecil dan memiliki akses terbatas ke perawatan kesehatan masyarakat. Banyak dari mereka kehilangan pekerjaan karena pabrik ditutup, tetapi tidak bisa keluar dari garis kota lantaran pemerintah melakukan lockdown di sebagian besar wilayah untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Stanford University memperkirakan, buruh rural migran telah kehilangan upah hingga US$ 100 miliar selama pemberlakuan lockdown awal tahun ini.

"Mengingat bahwa kita sedang menuju ke arah resesi global yang dalam dalam waktu dekat, bisnis-bisnis yang ditutup menyebabkan tunggakan upah dan kegagalan membayar kontribusi asuransi sosial akan mendorong keresahan tenaga kerja," kata Mimi Zou, akademisi hukum Tiongkok di Oxford University.

Baca Juga: Trump kecam pakar yang akui AS bisa selamatkan banyak nyawa bila bergerak lebih cepat

Data China Labor Bulletin, yang memantau kondisi perburuhan di negara dengaan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, menunjukkan bahwa dari 50 protes pekerja kolektif pada bulan Maret, setengahnya berasal di sektor jasa dan transportasi. Pekerja konstruksi juga memprotes kompensasi, termasuk beberapa yang membantu membangun rumah sakit darurat di Wuhan, pusat epidemi di Cina

"Masalah utama yang kami lihat sudah dalam protes pekerja yang kembali mencuat adalah terutama tunggakan pekerjaan. Pekerja sama sekali tidak dibayar meskipun ada jaminan pemerintah bahwa mereka harusnya dalam daftar gaji." kata Geoffrey Crothall dari China Labor Bulletin.




TERBARU

[X]
×