Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pada Kamis (29/9/2023), Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa pihaknya melihat beberapa tanda stabilisasi perekonomian Tiongkok berdasarkan data terbaru. IMF bahkan meyakini negara tersebut dapat mempercepat pertumbuhan dalam jangka menengah jika mengambil langkah-langkah untuk mereformasi perekonomiannya dari sebelumnya investasi ke konsumsi.
Melansir Reuters, Juru Bicara Utama IMF Julie Kozack mengatakan pada konferensi pers reguler bahwa IMF masih percaya China dapat mencapai pertumbuhan sekitar 5% tahun ini. Adapun proyeksi secara rinci akan dirilis ketika IMF menerbitkan World Economic Outlook pada pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Marrakesh, Maroko pada 10 Oktober 2023 mendatang.
IMF melihat pertumbuhan PDB China melambat menjadi sekitar 3,5% dalam jangka menengah. Namun, tambahnya, hal ini dapat dipercepat dengan reformasi ekonomi.
Pandangan IMF ini sejalan dengan perkiraan analis swasta karena pemulihan ekonomi China dari lockdown akibat COVID-19 tidak berjalan lancar dan penurunan besar-besaran di sektor properti membebani permintaan konsumen.
Baca Juga: Xi Jinping: Masa Depan China Cerah, Tapi Jalannya Tidak Mulus
Ada juga faktor utang yang membengkak akibat pembangunan infrastruktur selama puluhan tahun dan perusahaan-perusahaan swasta yang mengalami depresi enggan berinvestasi.
Beberapa analis melihat semakin besarnya risiko bahwa China akan memasuki era stagnasi seperti Jepang, dengan populasi yang menua dan pertumbuhan produktivitas yang melambat.
Perlambatan ekonomi China membuat beberapa penasihat pemerintah di Beijing menyerukan reformasi yang lebih mendalam. Sementara sejumlah pejabat yang lain menganjurkan belanja negara yang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan.
Kozack mengatakan bahwa setelah perlambatan besar sejak kuartal pertama tahun 2023, data terbaru ekonomi China sedikit lebih beragam dengan beberapa tanda stabilisasi.
Baca Juga: China Luncurkan Jalur Kereta Peluru Lintas Laut Pertama
“Kami memperkirakan pertumbuhan China akan melambat menjadi sekitar 3-1/2 persen karena hambatan demografis dan melambatnya pertumbuhan produktivitas,” kata Kozack.
Dia menambahkan, “Tetapi kami juga berpendapat bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka menengah dapat dijangkau oleh China. Tiongkok harus memanfaatkan peluang untuk menyeimbangkan kembali perekonomiannya melalui dukungan kebijakan makroekonomi jangka pendek dan reformasi jangka menengah.”