Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut eksekutif Pfizer, Komisi Keamanan Data independen yang mengetahui siapa yang mendapatkan vaksin aktif dan telah memeriksa secara teratur untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan yang mereka alami.
Masih mengutip USA Today, Kathrin Jansen, wakil presiden senior Pfizer dan kepala penelitian dan pengembangan vaksin mengatakan, mungkin ada beberapa masalah kesehatan yang serius selama uji coba. Akan tetapi, panel keamanan menyimpulkan bahwa tidak ada yang terkait dengan vaksin.
Jumlah yang lebih besar seharusnya memungkinkan perusahaan untuk melihat lebih dekat pada subkelompok peserta, seperti peserta dengan kondisi kesehatan yang mendasari seperti HIV, dan mereka yang terkena virus ketika mereka menerima vaksin.
Baca Juga: Negara-negara ini borong 51% calon vaksin corona
Laporan akhir tentang keamanan dan efektivitas vaksin harus siap untuk ditinjau regulator bulan depan.
Vaksin tersebut harus paling tidak 50% efektif atau melindungi setidaknya setengah dari orang yang memakainya, agar vaksin tersebut mendapatkan persetujuan federal dan diberikan kepada publik. Pfizer memproduksi BNT162 di tiga pabrik di AS - di Kalamazoo, Michigan; St. Louis; dan Andover, Massachusetts - serta di Jerman dan Belgia.
Baca Juga: Vaksin corona tahap ujicoba pada manusia, kali ini dari Merck & Co Inc
Tidak jelas berapa lama perlindungan vaksin akan bertahan. Menurut Dr. Mikael Dolsten, kepala petugas ilmiah perusahaan, perusahaan sedang mempersiapkan tiga kemungkinan: bahwa orang akan membutuhkan suntikan tahunan, seperti halnya flu; bahwa mereka akan membutuhkan vaksin setiap beberapa tahun, seperti tetanus; atau bahwa itu akan menjadi vaksin satu kali-dan-selesai, seperti vaksin polio.
"Kami pikir vaksin ini berpotensi memberikan perlindungan yang masuk akal dan baik, tapi kami perlu memantaunya," kata Dolsten. "Masuk akal juga untuk mengasumsikan bahwa mungkin di masa depan kami memerlukan dorongan, karena ini adalah pandemi yang nyata dan akan ada banyak virus yang beredar bahkan setelah kampanye [vaksinasi] global."