Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kandidat presiden dari partai penguasa di Korea Selatan mulai menyampaikan sejumlah programnya. Salah satu yang menjadi fokus adalah mencari dukungan AS dalam pengadaan kapal selam nuklir.
Lee Jae Myung, dalam wawancaranya dengan Reuters, mengatakan, ia akan mengesampingkan ambiguitas strategis dalam menghadapi persaingan China-AS yang semakin intensif jika terpilih nanti.
Lee, yang merupakan mantan gubernur Gyeonggi, juga percaya, diplomasi pragmatis akan membuat Korea Selatan tidak terlalu berpihak pada salah satu negara besar yang berselisih tersebut.
Baca Juga: Filipina Resmi Memesan Dua Kapal Perang Baru dari Korea Selatan Senilai US$ 556 juta
Terkait pengadaan kapal selam nuklir, Lee mengaku siap membujuk AS untuk memberikan bantuan diplomatik dan teknologi demi hadirnya kapal selam nuklir di negeri ginseng. Penguatan militer ini tidak lepas aktifnya militer Korea Utara beberapa tahun terakhir.
"Sangat penting bagi kami untuk memiliki kapal selam itu. Mereka (AS) tidak mempersenjatai diri sendiri, dan transfer teknologi ke Australia juga sedang berlangsung. Kami pasti dapat meyakinkan AS, kami harus melakukannya," ungkap Lee, yang resmi menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat pada Oktober lalu.
Lebih lanjut, Lee menegaskan, pertumbuhan ekonomi, militer, soft power, dan diplomasi Korea Selatan harus difokuskan pada diplomasi pragmatis berdasarkan kepentingan nasional.
Mengenai Korea Utara, Lee mengaku sejalan dengan gagasan Presiden AS Joe Biden, yang memprioritaskan pembicaraan tingkat kerja. Menurutnya, cara itu akan berguna dalam merancang rencana aksi jangka pendek yang realistis di bawah peta jalan yang komprehensif.
Baca Juga: Makin Kurus, Kim Jong Un Hanya Makan Sedikit Demi Negara
Lee juga menyinggung keputusan Presiden Korea Selatan saat ini, Moon Jae In, yang menawarkan jembatan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump. Pertemuan puncak keduanya pada 2019 berakhir tanpa hasil.
"Pendekatan top-down Trump tampak bagus tetapi tidak realistis, meskipun pertemuan puncak dan pembicaraan tingkat kerja dapat menciptakan interaksi yang positif," tambah Lee.
Jika terpilih nanti, Lee berjanji akan menjadi mediator yang lebih proaktif untuk meredakan ketegangan dan ketidakpercayaan. Ia bertekad akan memulai kembali negosiasi antara Pyongyang dan Washington, meski tidak menyebutkan bagaimana caranya.
Lee menjadi kandidat utama dari Partai Demokrat berkat tanggapannya yang agresif terhadap Covid-19 dan advokasi pendapatan dasar universal. Ia akan bersaing ketat dengan Yoon Suk Yeol, dari partai oposisi, People Power Party. Pemilu dijadwalkan berlangsung pada 9 Maret 2022.