Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kapal tanker minyak berbendera Yunani yang mengangkut 150.000 ton minyak mentah, yang telah dievakuasi oleh awaknya setelah diserang di Laut Merah, kini menimbulkan bahaya lingkungan, demikian pernyataan dari misi angkatan laut Uni Eropa di Laut Merah, "Aspides".
Insiden ini merupakan salah satu dari serangkaian serangan yang menargetkan kapal-kapal di wilayah tersebut, yang telah mempengaruhi perdagangan global dan keamanan maritim.
Serangan Terhadap Kapal Sounion
Kapal tanker Sounion menjadi sasaran serangan oleh kelompok Houthi pada hari Rabu, yang dilancarkan dari kota pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Kelompok Houthi, yang mengendalikan sebagian besar wilayah Yaman, mengklaim bahwa serangan ini adalah bagian dari solidaritas mereka terhadap Palestina dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza.
Houthi juga menuduh bahwa Sounion merupakan kapal yang memiliki hubungan dengan "musuh Israel" dan telah melanggar larangan masuk ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki.
Serangan ini menyebabkan kebakaran di kapal yang kemudian berhasil dipadamkan oleh awak kapal, namun menyebabkan kerusakan pada mesin kapal dan kehilangan daya mesin. Kapal tersebut kini berada dalam kondisi terombang-ambing antara Yaman dan Eritrea, dan misi Aspides mengatakan bahwa kapal tersebut kini menimbulkan bahaya navigasi dan lingkungan.
Baca Juga: Houthi Serang Kapal Tanker Minyak Yunani di Laut Merah
Tindakan Evakuasi dan Respons Internasional
Setelah serangan tersebut, awak kapal Sounion dievakuasi dan kapal tersebut dibiarkan terombang-ambing di Laut Merah. Misi angkatan laut Uni Eropa, Aspides, merespons dengan mengirimkan kapal untuk menyelamatkan awak dan membawa mereka ke Djibouti.
Selain itu, Aspides juga menghancurkan sebuah Kapal Permukaan Tanpa Awak (USV) yang dianggap sebagai ancaman langsung terhadap kapal dan awaknya.
Kementerian Perkapalan Yunani mengonfirmasi bahwa kapal tersebut sedang dalam perjalanan dari Irak menuju Agioi Theodoroi di Yunani dengan awak yang terdiri dari dua warga Rusia dan 23 orang Filipina.
Delta Tankers, operator kapal Sounion, sedang merencanakan pemindahan kapal ke tempat yang lebih aman untuk pemeriksaan dan perbaikan lebih lanjut.
Dampak Serangan dan Tindakan Retaliasi
Serangan Houthi di Laut Merah telah menyebabkan beberapa kapal tenggelam dan memaksa pemilik kapal untuk menghindari jalur perdagangan Suez Canal yang populer, mengganggu perdagangan global.
Sejak November lalu, Houthi telah terlibat dalam puluhan serangan yang menargetkan kapal-kapal di wilayah tersebut. Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, mengklaim bahwa kapal Sounion adalah salah satu target dalam operasi minggu ini yang menargetkan kapal-kapal yang melanggar blokade menuju Israel.
Dalam insiden lain pada hari Kamis, kapal SW North Wind I melaporkan ledakan dekat kapal tersebut yang menyebabkan kerusakan minor setelah berhadapan dengan sebuah kapal tanpa awak 57 mil laut selatan pelabuhan Aden di Yaman. Meskipun kapal dan awaknya selamat, serangan ini menambah kekhawatiran akan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut.
Baca Juga: AS Cabut Larangan Penjualan Senjata Militer ke Arab Saudi
Reaksi Internasional
Menanggapi serangan ini, Menteri Perkapalan Yunani, Christos Stylianidis, mengutuk serangan terhadap Sounion sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan ancaman serius terhadap keselamatan pelayaran internasional.
Duta Besar Inggris untuk Yaman, Abda Sharif, menyebut serangan Houthi sebagai "ilegal dan ceroboh" dan mengingatkan bahaya lingkungan dan industri perikanan yang dapat ditimbulkan oleh serangan semacam itu.
Serangan-serangan Houthi telah memicu tindakan balasan dari Amerika Serikat dan Inggris, menambah ketegangan di wilayah yang sudah rawan konflik ini.