kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Karl Wlaschek: Dari ngamen membangun bisnis (2)


Rabu, 11 Maret 2015 / 13:16 WIB
Karl Wlaschek: Dari ngamen membangun bisnis (2)
ILUSTRASI. Merokok adalah salah satu penyebab kolesterol tinggi.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Perjalanan Karl Wlaschek menjadi miliarder kakap dunia tidak mudah. Ia mengawali kariernya sebagai pianis dan menggelar pertunjukan di kafe-kafe. Dari hasil manggung, Wlaschek mengumpulkan modal membuka toko kelontong, Billa. Menggunakan konsep diskon dan self service, Billa kian populer. Pada tahun 1996, Wlaschek menjual Billa dan Merker senilai US$ 1,4 miliar dan beralih ke bisnis perbankan sebelum akhirnya menjadi taipan properti.

Sepak terjang Karl Wlaschek di dunia bisnis berawal dari pasca meletusnya perang dunia kedua. Kala itu, negara tempat kelahiran Wlaschek, Austria, menjadi bagian dari reich Jerman pada tahun 1938. Pria yang lahir pada 4 Agustus 1917 itu bekerja sebagai pianis dan pemimpin kelompok band. Dengan nama panggung "Charlie Walker,", Wlaschek menggelar pertunjukan di beberapa kafe Austria, seperti di Kitzbühel dan Schlosshotel Velden.

Impian Wlaschek muda mengelola sebuah kafe lengkap dengan pertunjukan musik dan tari pupus lantaran kurang modal. Akhirnya, Wlaschek yang mulai meniti karier sebagai pianis membuka bisnis toko kelontong pada 1953. Namun, bisnis kecil ini lama-lama menggurita dan mengantarkan Wlaschek sebagai miliarder dunia.

Di usianya yang ke-36 tahun pada 1955, Wlaschek membuka toko parfum kecil yang bernama Margaret. Dengan mengusung konsep diskon, parfum dagangan Wlaschek, Margaret laris di pasaran. Bahkan, Margaret masuk dalam jajaran 45 toko paling terkenal di Wina pada tahun 1960.

Kemudian, di tahun 1961, Wlaschek menggunakan konsep diskon dan sistem self-service pada toko ritel yang menjual bahan pangan yang diberi nama Billa. Di sinilah cikal bakal Billa, perusahaan ritel terbesar di Austria dimulai.

Nama Billa berasal dari kontraksi Billiger Laden, Jerman yang memiliki arti "toko murah" atawa cheaper load. Billa menjadi peletak dasar dari jaringan bisnis perdagangan ritel yang luas di benua Eropa.

Tak puas dengan pencapaiannya, Wlaschek kembali mendirikan sebuah rantai superstore baru bermerek Merkur di 1969. Dibandingkan dengan Billa, koleksi produk Merkur lebih lengkap. Delapan tahun kemudian, jaringan usaha yang dibentuk oleh Wlaschek resmi melantai dan menjadi perusahaan terbatas untuk mengkoordinasikan daerah berbeda dan memperoleh manfaat dari sinergi potensial.

Strategi Wlaschek cukup berhasil. Di tahun 1987, sinergi antara Billa dan Merkur menghasilkan pendapatan tahunan hingga US$ 700 juta dari 330 outlet. Lalu, di tahun 1990, Wlaschek mulai melebarkan jaringan toko kelontong Billa ke luar Austria seperti Republik Ceko, Slovakia, Bulgaria, Rumania, Rusia, Kroasia, Italia dan Ukraina. Alhasil Billa dan Merkur memiliki 1.400 outlet yang tersebar di wilayah Eropa.

Namun, tanpa diduga, pria yang jeli melihat peluang bisnis ini menjual bisnis ritelnya, Billa dan Merkur, ke perusahaan asal Jerman, Rewe Group senilai US$ 1,4 miliar. Transaksi jual beli ini menjadikan Wlaschek menjadi warga negara Austria terkaya pada usia 80 tahun.

Komisi Eropa menyetujui merger antara BML Asset Management Inc, induk usaha Billa Merkur Libro dengan Rewe Group pada Juli 1996. Rewe Group yang sedang terjepit dengan perang harga di Jerman mencari keuntungan di pasar luar negeri. Makanya, kelompok usaha pengecer makanan dengan 11.000 gerai di Eropa ini mengincar pasar Austria.

Sebelum mencicipi kejayaan di bisnis properti, Wlaschek terlebih dahulu menjajal bisnis perbankan di Austria. Tetapi, menjadi bankir tidak membuat bintang kesuksesan Wlaschek bersinar cemerlang. Ia gagal dalam privatisasi Creditanstalt, sebuah bank yang kemudian menjadi bank terbesar kedua di Austria.

Kegagalan tersebut tak membuat Wlaschek melempar handuk. Ia mulai bangkit kembali dan memulai peruntungannya di bisnis real estate. Dengan sisa uang yang dimiliki, Wlaschek berinvestasi di properti.  Kali ini, Wlaschek bernasib mujur. Dari bisnis properti, pundi kekayaannya kembali menumpuk.                    

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×